Rumah yang rapi, bersih, dan tertata adalah dambaan semua orang. Lebih tepatnya impian. Namanya saja impian, ya bisa saja belum terwujud.
Rumah rapi hanya ditetapkan oleh dua faktor: tidak diisi banyak barang, atau tidak ada anak-anak. Tapi, punya anak adalah konsekuensi berkeluarga--dan tentu saja anugerah. Bagaimana mungkin di rumah tidak ada anak?
Aku bukan orang yang sempurna untuk menata barang. Tapi, minimal aku tahu di mana menaruh barang, dan mudah mencarinya jika diperlukan. Tidak seperti Bapak, ia yang menyimpan barang sendiri, pusing sendiri. Tepok jidat!
Tahap perkembangan anak ada waktunya, kata orang. Di usia 2-5 tahun, anak sedang aktif-aktifnya. Lagi nakal-nakalnya lincah-lincahnya. Tak heran jika rumah jadi berantakan.
That's why, banyak keluarga yang butuh jasa helper atau asisten rumah tangga supaya ada yang membereskan rumah berikut mengurus anak. Bagi kami di rumah, tidak ada tenaga helper. Bukan karena tidak butuh, tapi karena tidak punya cukup uang, hehe... Anak dan rumah diurus istri, aku membantu sepulang kerja.
Mengurus sendiri anak dan rumah, emang mudah? Ya tidak. Tapi mau bagaimana, masa tidak diurus?
Viral video di Instagram, tingkah anak balita yang tidak hanya membuat panas telinga, tapi juga kepala mendidih. Di balik wajahnya yang lucu, makhluk kecil ini ternyata bisa "menghancurkan" rumah.
Akun @lokkhi.khan membagikan kumpulan video anak-anak yang kebablasan. Perlengkapan yang harusnya dipakai orang dewasa, mereka pakai dengan cara tidak berperikemanusiaan. Palu dilempar ke layar TV. (Mungkin dia bayi Thor) Bohlam dipanah, kena, dan padam. (Ini bayi Hawkeye)
Catut dipakai untuk memberedeli sudut tembok. PC disiram air. Telur dan tepung diratakan ke lantai. Masker mamanya ditempel di tembok. (Mamanya pasti jualan masker) Lipstik mamanya dicoretkan ke closet. Bunda lelah...??? Kepala rasa mau meledak?
Anak kami (saat 2 tahun) suka makan langsung dari centong nasi, menumpahkan air, adonan kue ke lantai, dan memukul-mukul kursi kayu yang masih mulus saat dibeli. Ternyata itu tidak ada apa-apanya. Berikut ini tiga tips agar Bunda tidak stres akibat polah anak yang mengacaukan rumah.
1) Barang dibeli, ya dipakai
Suatu benda diciptakan dengan suatu fungsi. Benda itu harus dipakai agar berfungsi. Kalau dipakai, lama-kelamaan ya rusak. Kalau sekali dipakai langsung rusak, ya itu ulah anak-anak. Kalau tidak ingin barang rusak, disimpan saja yang rapat di lemari. Tapi kan jadi tidak berfungsi.
Tetanggaku bercerita. Ia membelikan satu set mainan yang bagus, harganya sampai jutaan. Ada remote-nya segala. Bapaknya puas? Tidak. Mainan mahal itu langsung dipereteli oleh anaknya. Mahal lho itu! (Kayaknya yang pengen mainan itu Bapaknya)
2) Bereskan, berantakan, bereskan lagi
Hidup ini penuh siklus. Kenapa kita makan kalau toh nanti lapar lagi? Ya, demikian juga dengan barang-barang di rumah. Bereskan, berantakan karena dipakai, ya bereskan lagi.
Pilih mana: anak tenang bermain HP, atau rusuh bermain dan menyebabkan rumah berantakan? Kalau kami sih, pilih yang kedua. "Agar tidak main HP, kami belikan banyak mainan." ujar kakak rohani kami. Konsekuensinya ya harus membereskan setelahnya. Seiring bertambah usia anak, kami mengajar dia merapikan kembali mainannya. Beres? Tidak. Namanya kan masih belajar.
3) Stres karena anak yang mengacaukan rumah, jangan ya Bund, ya...
Anda tahu Marie Kondo? Konsultan Jepang ini sukses menulis buku tentang cara mengatur rumah yang rapi. Namun, "Sepandai-pandainya Kondo menulis, akhirnya jatuh juga."
Kondo gamblang menyebut, "Rumahku berantakan" dikutip dari Apartemen Therapy. Belakangan ia sangat menyukai kekacauan yang terjadi di rumahnya. Setelah melahirkan anak ketiga, Kondo lebih manusiawi dengan membiarkan rumahnya 'berantakan'.Â
Setelah menulis empat buku tentang pengorganisasian, Kondo menyerah dan ingin berdamai dengan rumah yang berantakan. Kamu sudah nulis berapa buku, atau buat berapa konten tentang rumah yang rapi, Bund? Masa udah nyerah...?
Mau rumah berantakan, gaji numpang lewat, anak suka tantrum, kerjaan dibereskan tapi tak beres-beres; stres...? Jangan ya Bund, ya! --KRAISWAN [Referensi: 1, 2]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H