Setiap orangtua pasti ingin memberi yang terbaik bagi anaknya. Tak ketinggalan bagi orangtua yang MKKB (masa kecil kurang bahagia), ingin "balas dendam" dengan membahagiakan anaknya.
Umumnya, orangtua ingin membahagiakan anaknya dengan memenuhi semua kebutuhan dasar hingga tersier. Membelikan pakaian, sepatu, mainan yang bagus dan berkualitas. Menyekolahkan di sekolah favorit. Memberikan les ini-itu.
Tapi, apakah itu semua membuat anak bahagia, dibutuhkan oleh anak? Belum tentu. Semenjak pacaran, aku dan pasangan belajar konsep tangki kasih.
Apa itu tangki kasih?
Menurut Garry Chapman, tangki kasih (cinta) adalah istilah yang menggambarkan pemenuhan kebutuhan dasar emosi seseorang, yaitu cinta dan kasih sayang. Setiap orang, dari segala usia, memiliki tangki kasih yang perlu diisi.
Namanya saja tangki kasih, tentu harus diisi dengan kasih. Beda orang, beda pula jenis kasih yang dibutuhkan. Chapman menyebutnya bahasa kasih, dibagi menjadi lima, yaitu kata-kata penguatan, hadiah, pelayanan, sentuhan fisik, dan waktu berkualitas.
Konsep tangki kasih ini berlaku pada seseorang terhadap pasangan, atau orangtua kepada anak. Jangan diterapkan ke sembarang orang ya gaes!
Anak kami terindikasi bahasa kasihnya waktu berkualitas. Ia suka mainan juga, bahkan sering menginginkan mainan teman. (Mainan anak tetangga menumpuk di rumah kami, hehe) Tapi, ia akan sangat senang jika bermain ditemani ayah dan ibunya. Ia suka menikmati alam, kendaraan berat seperti truk dan ekskavator bareng papanya.
Kami tetap membelikan pakaian dan mainan sesuai kebutuhannya, bukan barang yang mewah. Namun, karena bahasa kasihnya waktu berkualitas, kami sering menikmati waktu bersama anak, di dalam maupun di luar rumah.