Tugas yang Tuhan berikan untuk memberitakan Injil ini bukan pilihan, tapi kewajiban. Tidak bisa menolak. Harus dilakukan semua orang percaya yang telah menerima anugerah keselamatan dalam Yesus. Entah di sekolah, di tempat kerja, di dalam rumah, maupun di masyarakat berita baik harus terus disebarluaskan.
Aku berprofesi sebagai guru, sedang istri mengurus anak rumah tangga. Di sekolah, aku tidak hanya mengajar pengetahuan pada murid, melainkan juga mengajarkan nilai-nilai kebenaran seperti yang diajarkan Alkitab.Â
Di rumah, aku mengajarkan etika dasar dan membacakan cerita Alkitab. Membaca buku-buku bergambar dino, hewan-hewan maupun ensiklopedia sudah biasa. Anak kami sudah hapal. Ringkasnya, dalam porsi terkecil aku dan istri terus belajar memberitakan berita baik kepada orang lain, terlebih pada anak kami.
Saat Pendeta menyampaikan khotbah dengan menggebu-gebu itu, datanglah hujan. Mulanya lembut, lalu makin deras, dan betulan deras sampai ibadah selesai. Sejak saat itu, pikiranku berkecamuk. Rumahku apa kabar...???
Aku tinggal di kompleks perumahan menengah. Bocor menjadi menu wajib setiap datang musim hujan. Ya rumahku yang belum direnovasi, ya rumah tetangga yang baru direnovasi; pasti bocor!
Tetangga sebelahku sedang membangun ulang rumahnya. Oleh pemborong, tembok batas rumah kami dipakai bersama. Celah genting rumahku dengan tembok tetangga masih mengaga. Aku belum ada kesempatan mengobrol pada tukangnya.Â
Pakaian, buku-buku, peralatan elektronik dan benda-benda di dekat tembok tetangga, pasti basah total! Setelah ini aku akan menghubungi tetangga pemilik rumah itu untuk protes rasanya.
Sudah membahana suara Pendeta, masih lebih mengusik pikiran negatif di dalam kepalaku, mengingat nasib barang-barang di rumah yang terkena bocor. Salahmu karena kemarin waktu masih kemarau tidak diurus! tuduhku pada diri sendiri.
Hei, mau kamu pikir seberat apa pun, kau tidak bisa merubah keadaan. Kalau basah, ya basah saja. Semoga saja tidak banyak yang basah. Demikian teguran dalam kepalaku.
Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Matius 6:27
Aku berusaha memusatkan pikiranku pada khotbah. Ibadah pun selesai. Hujan masih deras, kami menunggu sebentar sampai hujan agak reda. Tiba di rumah... Kebocorannya wajar. Pakaian, peralatan elektronik, dan barang-barang lainny aman. Begitulah, ternyata pikiran negatif lebih berbahaya dari rumah yang bocor. --KRAISWAN