Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ikut Trial Class, Tak Hanya Anak tapi Ibunya juga Belajar

2 September 2024   10:01 Diperbarui: 2 September 2024   10:11 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Trial class adalah program yang menguntungkan untuk sekolah maupun orang tua.

Bagi sekolah, untuk mempromosikan program, fasilitas, serta model pembelajaran. Buat orang tua, supaya tahu "isi" sekolah sebelum mendaftarkan anaknya. Biasanya program ini gratis. Hanya mengganti biaya alat tulis dan lembar kerja.

KB-TK yang dinaungi yayasan yang sama dengan sekolahku menggelar Trial Class pada 27-30 Agustus 2024, jam 08.30-10.00 WIB. Mengambil tema "Aquatic Adventure", para Miss yang cantik nan ramah siap menemani anak-anak belajar. Targetnya anak berumur 2-4 tahun. Kuota terbatas, hanya untuk 20 anak. Cukup membayar Rp25.000,- para peserta bisa mendapat activities kit, souvenir dan sertifikat. 

Anakku menjelang 3 tahun kami daftarkan dalam program ini. Mulanya, kami maju-mundur, mempertimbangkan banyak hal. Kalau ikut trial, persiapannya ribet. Anak kami jarang sarapan pagi. Kalau diajak mandi susah. Begitu masuk ember, lama, susah pula keluarnya. 

Anakku juga tipe kinestetik. Ia tidak bisa duduk diam, melipat tangan di atas meja seperti gambaran anak SD di buku paket itu. Ia suka mondar-mandir seperti setrika, pegang ini-itu seperti detektif, dan sering mengingini barang milik orang lain. Kami khawatir, anak kami akan merepotkan gurunya.

Syukurnya, anakku bisa enjoy dalam kegiatan hari pertama. Miss-nya memutarkan video Baby Shark di layar proyektor. Biasanya mendengar lagu ini di rumah ia akan ikut menyanyi sambil membuat gerakan mulut ikan hiu. Kali ini hanya bengong, lalu berlari memeluk kaki mamanya. "Nempel kayak cicak" ujar teman guru. Dari trial class ini, anak kami belajar banyak hal.

1) Berinteraksi dengan lingkungan baru

Setiap hari Minggu, kami biasa mengantar anak ke Sekolah Minggu. Ia sudah biasa bertemu dengan teman, guru, dan menyanyi lagu-lagu memakai gerakan. Namun, Trial Class ini lebih kompleks. Durasinya lebih lama (2 jam), dan bakal ketemu setiap hari. Poinnya sama: belajar.

Jika nanti anak kami betulan mendaftar ke KB, ia akan berinteraksi dengan orang dan lingkungan baru. Maka, program trial ini sangat penting dan bermanfaat untuk melihat apakah anak siap, bisa menikmati kegiatannya atau tidak.

2) Kegiatan baru

Di rumah, aku dan istri sudah berbagi tugas untuk menjadi "guru" bagi anak. Kami sepakat untuk mengajari anak keterampilan dasar bertahan hidup. Terbiasa mengucapkan kata "tolong", "maaf", dan "terima kasih". Makan dengan sendok sendiri, pipis buka celana sendiri (hanya belum telaten menyiram), menaruh gelas-piring kotor di wastafel. 

Kami juga ajarkan hal kognitif pada anak. Aku yang menyiapkan lembar kerja, istriku  mendampingi belajar di rumah. Saat ini, anak kami sedang gandrung mewarnai gambar robot dan mobil. Berikutnya aku akan cetakkan gambar-gambar hewan. Menyapukan kuas di kertas, betapapun acak adul, bisa merangsang imajinasi anak.

3) Menikmati bermacam wahana

Waktunya makan snack, anakku malah bermain. Waktu teman-temannya sudah pulang, anakku baru makan. Demikian ujar istriku. Maklum, di rumah tidak ada wahana mainan seperti di sekolah. Sebenarnya kami sudah beberapa kali mengajaknya bermain ke playground umum. Namun, ia cepat bosan betapa pun banyaknya wahana yang tersedia. 

Entah kenapa di sekolah ini dia bisa enjoy. Bersyukurnya, dalam trial class ini selain belajar tentang akuatik, ia juga bisa menikmati bermacam wahana.

Tak hanya anak, melalui program trial class ini ternyata ibunya juga bisa belajar.

1) Harus menyiapkan bekal ganda

Melalui unggahan di story WA, istriku curhat bahwa dengan anak mengikuti trial class ia mengalami kerepotan yang berganda. Menyiapkan bekal untukku, harus menyiapkan bekal untuk anak pula. Apalagi anak kami tidak biasa sarapan pagi. Makannya juga gampang-gampang susah.

2) Waktu dengan anak makin berkurang

Sejak pacaran, aku dan istri sepakat bahwa setelah menikah istri akan mengurus anak dan rumah tangga. Kami akan saling mendukung. Artinya, anak hampir 24 jam x 7 hari seminggu bersama mamanya. Aku bisa bermain bareng anak sepulang kerja dan weekend. Saat trial class ini istri harus bersiap bahwa waktu dengan anak makin berkurang. Apalagi kalau besok sudah sekolah.

3) Harus mondar-mandir

Meski berprofesi sebagai ibu rumah tangga, istriku tak bisa diam. Ada saja usaha yang dilakukan. Produksi minuman herbal, belanja ke pasar, ke tempat Mbah, dan banyak lagi. Belum pelayanan di masyarakat, menjadi pembicara di kelurahan, misalnya. Sedangkan motor cuma satu. Selama trial class ini istriku harus bolak-balik untuk mengantar-jemput aku dan anak. Meski capek, ia senang karena banyak hal yang ia pelajari dan bagikan. --KRAISWAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun