Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masih Kurang Buat Diri, Mana Bisa Memberi?

31 Juli 2024   16:57 Diperbarui: 31 Juli 2024   16:59 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memberi | gambar: SHUTTERSTOCK/ADDKM via kompas.com

Jika sudah lulus, aku akan giat bekerja, mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya agar bisa membantu orang lain. Demikian ujar salah seorang teman.

Apakah harus menunggu kaya dan banyak uang untuk bisa berbagi dan berbuat baik pada sesama?

***

Dunia tidak menjadi lebih baik jika semua orang menjadi kaya. Secara manusiawi, manusia tidak pernah puas dengan jabatan setinggi maupun harta sebanyak apa pun. Manusia menginginkan lebih dan lebih. Namun, hidup manusia akan lebih baik jika orang berbuat baik tanpa harus menunggu kaya.

Aku terketuk dari sebuah khotbah yang disampaikan pendeta di ibadah Minggu. Setelah melakukan bermacam mujizat penyembuhan, banyak orang mengikuti Yesus. Yesus naik ke atas gunung dan duduk bersama murid-muridNya. DilihatNya orang berbondong-bondong datang kepadaNya.

Tergerak oleh belas kasihan, Ia bertanya pada Filipus, salah satu muridNya, "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Yesus tahu apa yang harus dilakukan, hal itu dikatakan untuk menguji sang murid.

Dalam peristiwa ini terjadi mujizat lain yang dilakukan Yesus, yakni memberi makan lima ribu orang. Lima ribu...? Dengan makanan sebanyak apa bisa memberi makan semua orang itu?

Dari sinilah kita bisa belajar. Tidak harus menunggu kaya untuk bisa memberi.

Mengasihi karena lebih dulu dikasihi

Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. (1 Yohanes 4:11) Allah lebih dulu mengasihi kita dengan mengirimkan Yesus, AnakNya yang tunggal untuk menebus dosa-dosa kita. Sudah selayaknya kita juga mengasihi sesama kita, yakni mereka yang berkekurangan dan memerlukan bantuan.

Tidak harus menunggu kaya untuk berbagi

Mengapa? Sebab, manusia cenderung cinta harta. Jika dari hal kecil ia enggan memberi, untuk harta yang besar akan makin sulit untuk memberi. Bahkan banyak terjadi orang yang sudah banyak harta masih merampas milik orang lain yang tidak seberapa nilainya--tapi berarti bagi orang itu.

Alih-alih memakai orang kaya, Yesus bisa memakai hal-hal yang sepele, misalnya seorang anak kecil, lima roti, dan dua ikan. "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" (Yohanes 6:9)

Ya, waktu Yesus mengajar di gunung itu ada seorang anak yang memiliki lima roti dan dua ikan. Bisa jadi itu adalah bekal si anak yang disiapkan oleg orang tuanya. Sedang orang lain berpikir, "Bekalku pun tidak cukup untuk diriku sendiri." 

Di lain kesempatan, para murid memarahi orang yang membawa anak-anaknya kepada Yesus untuk dijamah dan didoakan. Yesus justru balik memarahi para murid. Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." (Matius 19:14)

Dalam momen di gunung ini Yesus juga menerima apa yang dibawa dan dipersembahkan seorang anak, yaitu lima roti dan dua ikan. Apakah bisa cukup?

Ilustrasi Yesus memberi makan 5.000 orang | gambar: sesawi.net
Ilustrasi Yesus memberi makan 5.000 orang | gambar: sesawi.net

Memberi = percaya Tuhan memelihara

Kasih adalah dasar ajaran dalam iman Kristen. Kita bisa mengasihi orang lain karena Allah lebih dulu mengasihi kita. Memberi kepada orang yang berkekurangan bukan karena kita sudah berlimpah, melainkan karena percaya Tuhan akan memelihara.

Tetapi lima roti dan dua ikan takkan cukup untuk orang banyak meski setiap orang mendapat sepotong kecil! Yesus mengambil roti dari anak kecil, mengucap syukur dan membagikan kepada mereka. Demikian juga dilakukan dengan ikan itu. Di tangan Yesus, roti dan ikan itu cukup untuk semua orang, sebanyak yang mereka inginkan.

Bagaimana bisa...? Tidak ada ilmu manusia yang sanggup memahaminya. Terbukti, lima ribu laki-laki bisa diberi makan, belum termasuk perempuan dan anak-anak. Malah ada 12 keranjang penuh sisa yang dikumpulkan para murid.

***

Dalam hal terkecil, aku dan istri juga mengajarkan anak berbagi. Biasanya di momen Natal atau hari ulang tahunnya, kami akan menyisihkan (bukan karena lebih) sedikit uang. Kadang memakai tabungan anak juga. Istri memasak untuk diberikan pada teman-teman anak di Sekolah Minggu. Atau kami belanjakan sembako untuk diberikan kepada orang yang berkekurangan. Kami tak mengharap apa pun. Kami hanya ingin menghidupi kasih yang Yesus ajarkan. Terbukti, sampai detik ini kami tak pernah kelaparan. --KRAISWAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun