Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Setelah Punya Anak Akan Lebih Mudah Jika...

24 Juni 2024   13:29 Diperbarui: 24 Juni 2024   14:08 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulang malam-malam naik motor dari tempat Mbah | dokumentasi pribadi 

Punya anak adalah anugerah. Sebab, Allah yang menciptakan manusia, membentuk lembaga pernikahan, juga yang berkuasa memberi keturunan. Ada pasangan yang belum dikaruniai keturunan. Atau, harus menunggu bertahun-tahun baru punya anak.

Namun, seiring bertambahnya usia anak makin banyak geraknya. Kalau mau bepergian juga repot. Banyak barang bawaan, apalagi kalau jarak jauh. Belum kalau musim hujan, makin repot.

Aku sering mengajak anak dan istri ke tempat Mbah. Kalau tidak menitipkan anak sepulang Sekolah Minggu, biasanya ada pekerjaan, atau sekedar berkunjung dan numpang makan, hehe.

Seringkali kalau datang kesorean, atau pekerjaan tak kunjung selesai, kami harus pulang malam menembus hutan karet yang gelap nan dingin. Kalau sudah begini, anak kami yang kasihan. Biasanya esoknya dia akan meler (pilek). Apalagi kalau hujan.

Meski begitu, ya tetap harus pulang. Esoknya aku harus kerja. Anak dibonceng di belakang. Bahkan, pernah motor kami bocor bannya. Maka, aku bonceng anakku di belakang, istriku membawa motor yang ban kempes. Lalu pernah istriku kerja di kampung sampai malam, dan hujan. Setelah reda, aku menjemput. Kasihan jalan malam-malam. Anak diikat di belakang, dan dia tidak rewel.

Makanya, setelah punya anak, akan lebih mudah jika... punya mobil. Bisa memuat banyak barang, tidak kehujanan/kepanasan, kalau malam tidak kedinginan.

Benarkah begitu?

Mari bangun dari mimpi. Singsingkan lengan, dan kembali bekerja.

Aku dan istri pernah mewacanakan untuk beli mobil. Kalau bisa, mengutang dari mana gitu... Tujuannya mulia, supaya bisa membawa keluarga bepergian, tidak kehujanan, dan--istriku punya usaha kecil-kecilan--bisa membawa barang dagangan. Tapi, Tuhan belum mengizinkan. Tak apa, tak usah menjeratkan diri pada hutang.

Ibuku pernah bilang, 

selagi kaki masih sehat, berlarilah. Kalau lelah, berjalanlah!

Selagi punya dua roda, pakailah! Itu prinsip yang terus aku pegang sambil terus berdoa, bekerja, dan berusaha.

Syukurnya, meski dengan dua roda kami pernah menjelajah beberapa tempat untuk liburan bersama anak. Ke Jogja, Magelang, dan Boyolali. Mau musim hujan atau panas, trabas! Tak harus menunggu kaya untuk bisa piknik.

Aku teringat perkataan teman, seorang Bapak. (Entah kenapa dia bilang begini) "Kalau sudah berkeluarga, selalu ada saja berkatnya. Coba kamu ingat, dulu pas lajang apa bisa beli rak, kulkas, dll? Nanti tambah tanggung jawabnya, pasti Tuhan tambahkan berkatnya." Amin!

Apakah kalimat itu sekedar motivasi atau doa yang murni, aku mengimaninya. Intinya bekerja, berusaha, didasari dengan doa. 

Sopo nandur bakal ngunduh

Pepatah Jawa di atas artinya siapa menanam akan menuai. (Hukum tabur tuai) Siapa menanam pisang, akan menuai pisang. Siapa menanam singkong, akan menuai singkong. Kok cuma singkong? Lha kalau tidak ditanam juga tidak tumbuh singkongnya.

Intinya, pekerjaan sepele atau sekecil appa pun kalau dilakukan dengan tekun bakal memberi hasil. Nilai-nilai seperti ini yang aku dan istri ajarkan pada anak sejak dini.

Dimulai dari rumah, kami ajarkan anak mengucapkan kata "maaf, permisi, terima kasih". Membuang sampah pada tempatnya, menaruh pakaian kotor di mesin cuci. Mencuci tangan sebelum makan. 

Suatu hari, Mbah sedang memarut singkong, dan hendak mengambilkan anak kami minum. "Mbah, tangannya kotor!" Well, it's the fruit! Anak kami juga sudah bisa bilang "tolong" tiap minta bantuan pada Mbah. Senangnya!

Di ladang, kami pernah mengajaknya menanam pohon durian. Kelak, saat masuk SD mungkin duriannya sudah berbuah. Semoga.

Suatu hari, waktu Mbah bekerja di kebun belakang rumah, ia memakai cangkul kecil. "Aku mau menanam pohon duwian (durian)." Anak bisa ingat lho!

Jadi, mudah atau susahnya hidup ditentukan oleh sikap kita, bukan atribut di luar kita. Tidak perlu beralasan harus punya mobil supaya hidup lebih mudah. Mudah dari Hongkong? Kalau keuangan cukup dan bisa dipakai sesuai kebutuhan, boleh saja. Kalau tidak, jangan dipaksa.

Dalam konteks berkeluarga, setelah punya anak hidup lebih mudah jika mengajarkan nilai-nilai hidup kepada anak. Sehingga, ketika ia besar ia bisa mandiri sesuai nilai yang kita ajarkan. Anak akan mandiri dengan teladan, bukan fasilitas yang kita sediakan. --KRAISWAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun