Aku memberi penekanan pada poin terakhir, aku pakai sebagai judul artikel ini.
Pohon durian akan menghasilan buah durian, pohon pisang menghasilkan pisang, pohon mangga menghasilkan mangga, dan demikian seterusnya.
Tak segagah pohon kelapa
Pohon pisang tidak segagah dan setangguh pohon kelapa. Ia rapuh dan gampang roboh. Kalau batangnya terlalu besar, sedang akarnya tidak kuat menopang, ia bisa miring. Apalagi kalau berbuah dan tandannya besar. Orang harus menyangga dengan bambu agar tidak roboh.
Meski begitu, pohon pisang bukan makhluk yang lemah. Berkali-kali dipangkas, ia akan mengeluarkan tunas baru. Sampai ia tak mampu memunculkan tunas, ia akan langsung berbuah.
Hidup sekali harus menghasilkan buah
Setiap kita bisa menghadapi masalah. Mungkin bergesekan dengan rekan kerja, atasan, rekan bisnis, pelanggan, orang tua/ mertua, pasangan, anak, keluarga besar, atau tetangga. Jangan menyerah. Teruslah munculkan tunas!
Ingat filosofi pohon pisang di atas. Ia hanya akan berbuah sekali seumur hidup. Untuk mengambil buah, batangnya harus ditebang. Jadi, pisang hidup sekali untuk menghasilkan buah.
Kita--apa pun perannya--bisa menghasilkan buah, bahkan harus menghasilkan buah. Buah yang dimaksud tidak hanya secara harafiah, tapi memberi dampak.
Kalau kita menikah lalu punya anak. Anak dianggap buah dari perkawinan suami-istri. Kalau belum/ tidak punya anak, berarti tidak bisa berbuah? Tidak.
Kita tetap bisa memberi dampak (buah) dalam versi dan porsi masing-masing. Orang tua tidak cukup membesarkan anak. Mereka perlu mendidik, melatih, dan mendampingi anak sampai dewasa.