Stimulasi (stimulus) adalah pemberian rangsangan dari lingkungan yang bisa memancing respons tertentu dalam diri anak. Stimulasi penting untuk mengoptimalkan proses tumbuh kembang dan kecerdasan anak serta membantu anak agar siap memasuki tahap perkembangan selanjutnya. (haibunda.com)
Kami bisa melihat jelas perbedaan anak yang diberi dengan yang tidak diberi stimulus. Misalnya, memasuki usia setahun, biasanya anak sudah bisa tengkurap, merangkak, bahkan memegang benda tinggi untuk belajar berdiri. Alih-alih terus menggendong anak, kami biasa merebahkannya di lantai beralas karpet agar ia bisa leluasa bergerak. Kami berikan mainan yang bisa berbunyi, dan agak menjauhkan dari posisinya. Refleks, ia akan merangkak untuk meraih mainannya.
Setelah ada indikasi mau berdiri, kami mulai memapahnya untuk pertama-tama berdiri, lalu mengambil langkah pertama. Seiring perkembangannya, kami berikan stimulus melalui pengamatan di lingkungan sekitar, musik, lagu, dan bermacam-macam nama benda, hewan berikut suaranya. Sedangkan anak yang jarang diberi stimulus hingga usia setahun belum bisa berjalan. Dalam aspek lain ia akan terhambat perkembangannya.
2) Temani dan ajari
Waktu adalah hal paling berharga yang Tuhan anugerahkan selain kesehatan. Waktu bahkan disebut lebih berharga dari uang. Uang bisa dicari, waktu dengan anak tak bisa dibeli.
Menyadari hal ini, aku dan istri berkomitmen sejak persiapan menikah bahwa istri akan mengurus anak dan rumah tangga. Ia bisa sambil berjualan buah, makanan, dan minuman herbal. Aku dan istri berusaha menemani dan mengajari anak dalam mengasah kecerdasannya.
Saat perjalanan ke pasar, anak akan bertanya apa ini apa itu, lalu mamanya yang menjelaskan. Apa namanya, fungsinya, bahkan suaranya. Kami berdua menemaninya di Sekolah Minggu, kecuali jika aku tugas di kelas lain. Dalam perjalanan pulang dari gereja, kami melewati kios yang ada replika buah-buahan. Ia sudah hafal semua namanya.
Dalam masa golden age, anak harus ditemani dan diajari. Guru pertamanya ya orang yang setiap hari bersama anak, orang tua. Bagi orang tua yang sibuk, anak biasanya diasuh oleh helper (Mbak). Jika begitu, anak akan mendapat stimulus dari helper dengan pemahaman ala kadarnya, setidaknya untuk motorik kasar. Tak heran, anak akan lebih percaya dan mencari helper jika mengalami masalah. Kami ingin anak percaya dan belajar pertama kali dari kami, orang tuanya.
3) Lakukan dengan konsisten
Memulai sesuatu itu sulit. Mengerjakan dengan konsisten tak kalah sulit.
Para atlet berlatih dengan tekun, kerja keras, dan konsisten agar bisa memenangkan pertandingan. Para pengusaha sukses harus bekerja dengan konsisten agar meraih target pasar. Orang tua juga harus menemani dan mengajari anak dengan konsisten.Â
Stimulus kami berikan di setiap kesempatan yang ada. Saat di rumah, dalam perjalanan, saat di tempat Mbah, maupun saat mengunjungi tempat baru. Khususnya saat bersentuhan dengan alam, seperti berinteraksi dengan hewan. Di rumah Mbah, anak kami biasanya diajak mencari siput yang menempel di polibek tempat Mbah menanam sayuran.