Bakpia Juwara Satoe, kenapa namanya berbeda? Mereka beradaptasi dengan zaman, melihat generasi milenial sebagai targetnya. Dus kemasannya dominan warga ungu, sesuai selera milenial.
Sama seperti namanya, mereka ingin menjadi juara satu. Proses produksinya memakai mesin, ini yang pertama di Jogja. Produk awalnya bakpia kering. Namun pada 2021, ada permintaan dari pelanggan akan bakpia basah.
"Satu box isi 15 pcs dijual hanya Rp20.000. Kenapa kami bisa menjual dengan harga sangat murah? Sedangkan produsen lain menjual dengan harga Rp30.000-Rp45.000/box?" mas Arif bertanya kepada peserta.
Mulanya ragu-ragu, atas dorongan istriku, sigap aku mengangkat tangan. Semangat seperti mahasiswa, kebetulan ada rombongan mahasiswa di gazebo sebelah.
"Produksi menggunakan mesin menghemat tenaga manusia, jadi bisa menghemat harga pokok produksi (HPP). Harga yang lebih murah juga akan membuat orang lebih tertarik untuk membeli, margin pasarnya lebih luas."
"Benar sekali, Mas! Mas dapat hadiah, tunggu ya sedang diambilkan." Aseek! Hadiahnya satu kotak bakpia.
Bakpia Juwara Satoe sudah punya belasan outlet, pemasaran juga dilakukkan secara online. Pabrik yang berdiri sejak 2018 ini telah memiliki tujuh mesin untuk tujuh varian rasa berbeda. Bulan depan akan menambah varian baru yakni matcha. Dalam sehari bisa memproduksi sampai 20.000/butir.
Mereka bisa bertahan melewati pandemi dengan mengandalkan digital marketing seperti Tiktok. Dalam sehari, mereka bisa menerima sampai 11 kelompok kunjungan.