Orang tua adalah pihak pertama yang dipercaya Allah untuk mengasuh, membimbing, dan mendidik anak. "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu," Demikian tugas yang Allah berikan bagi manusia. Sekolah, tempat-tempat ibadah, dan lembaga lain di masyarakat menjadi kolaborator, bukan menggantikan peran orang tua.
Sungguh ironi jika ada orang tua yang berpikir, karena mereka sudah membayar mahal ke sekolah, harusnya anak beres tanpa masalah. Orang tua dengan mindset seperti ini bisa jadi punya luka di masa lalu, tidak mendapat didikan yang benar waktu kecil, dan butuh ditolong. Uang tidak akan membereskan masalah, padahal mendidik anak menjadi tanggung jawabnya.
Berikut ini bukti lain bahwa orang tua harus menjadi guru pertama bagi anak. Sejak seorang anak lahir, ia hanya tahu menangis dan tertawa. Seiring berjalannya waktu, ia akan belajar kata-kata pertama dari orang tuanya. “Papa”, misalnya.
Itulah mengapa, sejak bayi orang tua diharapkan menjalin relasi dengan anak. Diajak bicara, dinyanyikan lagu, maupun diajak bermain, meski belum sepenuhnya mengerti. Sebab jika tidak diajak bicara dari bayi, ia tidak punya ikatan dengan orang tua, akan menghambat proses tumbuh-kembangnya.
***
Kisah 2 - Seorang batita meronta-ronta ingin nonton Youtube di HP, tapi orang tuanya tidak memberikan. Si anak sudah tahu marah dan membentak. Tega ya orang tuanya…
Bayi berumur 2,5 tahun tak lagi dipakaikan popok oleh ibunya. Akibatnya ia mengompol berkali-kali di lantai, karpet, dan di kasur. Bahkan membasahi kasur tetangga saat bermain. Teganya orang tuanya.
Seorang batita diminta orang tuanya membuang bungkus bekas makanan ke tempat sampah, merapikan sendiri mainannya—yang berujung tetap berantakkan, dan membilas piring-gelas di wastafel. Teganya, apakah tidak takut anaknya memecahkan gelas, lalu melukai tangannya…?
***
Sikap tidak tega dan kasihan yang tidak pada tempatnya akan membentuk mental dan karakter anak menjadi seperti contoh kasus 1. Alih-alih menjadikannya mandiri dan mampu beradaptasi, sikap tidak tegaan akan membelenggu anak sehingga kesulitan mematuhi aturan, tidak tahu tata krama, bahkan tidak sanggup menyelesaikan masalahnya sendiri.