Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mendisiplinkan Anak Batita, Tega atau Rela?

21 Mei 2024   13:43 Diperbarui: 13 Juni 2024   13:50 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah 1 - Seorang murid kelas 6 SD sering datang terlambat ke sekolah, tidak berempati kepada teman, dan tidak tahu sopan santun. Satu murid lainnya membuka pintu tanpa mengetuk, dan menutupnya macam melempar lembing.

Seorang murid berkata-kata kurang sopan (bicara nyinyir, dengan mata digerak-gerakkan ke atas dan samping) kepada teman bahkan gurunya. Ia juga punya roh otoriter dalam dirinya, sehingga sering menghambat temannya saat tugas kelompok.

***

Kebanyakan kita tidak ingin anak kita bersikap demikian, bukan?

Kisah 1 itu hanya contoh kecil, betapa kebiasaan di rumah dan perlakuan orang dewasa di sekitarnya membentuk karakter anak. Salah satu anak itu diketahui memakai HP berlebihan (sampai lewat tengah malam) saat di rumah. Ia sering tidur larut, datang terlambat ke sekolah, dan menguap berkali-kali.

Ia juga mahir berbahasa Inggris meski tidak les. Pintar tapi tidak bisa berempati pada sesama, tidak disiplin dalam waktu, suka membuang sampah di kolong meja; percuma.

Ilustrasi mendisiplin anak | foto: Shutterstockvia dream.co.id
Ilustrasi mendisiplin anak | foto: Shutterstockvia dream.co.id

Murid SD berada di sekolah rata-rata 5-7 jam/hari. Waktu selebihnya di rumah dalam pengawasan orang tua/wali. Beberapa sekolah melarang muridnya membawa HP ke sekolah, termasuk di sekolahku. Anak mengakses HP berlebihan di rumah, padahal orang tua yang memfasilitasi, pasti ada yang salah dengan orang tua. Jika bukan ketidaktahuan, tentu pembiaran. Orang tua macam ini tidak menegakkan otoritasnya, anak jadi semaunya sendiri. 

Lagi pula, zaman sekarang siapa yang tidak memakai HP? Dari anak-anak sampai kakek-nenek, hampir semua memakai. Orang tua yang tidak mau repot dengan tingkah anak berikan HP saja biar diam.

Kalau anak sudah terpapar konten negatif di medsos, lalu menjadi malas, tidak disiplin bahkan menyerap semua hal (positif maupun negatif) termasuk dalam komunikasi berbahasa Inggris, bisa risiko speech delay juga; baru menyesal. Itu pun kalau tahu rasanya menyesal.

Allah mempercayai orang tua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun