Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tak Bisa Memberi Materi, Kami Mewarnai Hari

9 April 2024   23:01 Diperbarui: 9 April 2024   23:06 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Esoknya, aku bangun lebih dulu. Ibu sudah sibuk di dapur. Api tungku telah mengaga, tanda ibu selesai memasak. Bapak sudah bangun, kami mengobrol ringan sebentar.

Ilustrasi mengunjungi orang tua | foto: Shutterstock via detik.com
Ilustrasi mengunjungi orang tua | foto: Shutterstock via detik.com

Si bayi dan mamanya tak urung bangun, padahal sudah jam 7 lebih. Bapak harus segera berangkat bekerja, buruh serabutan. Meski kerjanya serabutan, aku bangga, orang tuaku berhasil mengentaskan kami dari bangku kuliah dengan bekal sarjana di belakang nama kami. Bekal itu yang kami pakai untuk meniti kehidupan di level berikut. Bekerja, menikah, dan membina keluarga.

Istri dan anakku bangun. "Mbah atung (Kakung) di mana?", ujar anakku. Begitulah, kalau pas ke tempat Mbah, si kecil biasa bermain dengan Mbah. Melihat bis di tol juga seringnya dengan Mbah. Pas Mbah tidak kelihatan, pasti ditanyakan. Hal serupa dilakukan di rumah, "Mami, kau di mana?" "Papa, kau di mana?" Semua diabsen.

Hari itu, Mbah putri pas tidak ada kerjaan, tidak ke ladang juga. Praktis, ia seharian di rumah. Seandainya kami tidak menginap, Mbah putri bakal kesepian. Mungkin akan tetap ke ladang juga, sekedar mencabuti rumput atau jalan-jalan, bisa bersapa dengan para tetangga. Tapi, tetap beda kalau anak dan cucunya yang datang ke rumah. Ada temannya untuk diajak mengobrol. Lebih ayem.

Saat sudah pulang ke rumah, aku merenung, lalu bercerita pada istri. Tak bisa memberi materi, semoga kehadiran kami bisa sedikit mewarnai hari Mbah.

Hari ini, malam takbiran kami memutuskan untuk menginap lagi di tempat Mbah. Meski bakal terdengar suara takbir sepanjang malam, lengkap dengan dar-dor petasan dan kembang api, istriku tak keberatan. Adikku dan suaminya juga datang untuk menginap. Kami membuat ketupat, memasak sambal goreng, dan makan malam bersama.

Esok, rencananya akan bersilaturahmi ke rumah Pakde-Bude dan kerabat lainnya. Semoga ini pun bisa mewarnai hari-hari Mbah.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H. Mohon maaf lahir dan batin. --KRAISWAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun