Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Paskah 2024: Bangkit untuk Menata Kehidupan

2 April 2024   12:06 Diperbarui: 2 April 2024   12:09 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kubur di bukit batu | foto: santapanrohani.org

"Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini..."

Paskah (passover) menjadi perayaan bagi umat Nasrani di seluruh dunia. Tahun ini, Paskah dirayakan pada tanggal 31 Maret. Di sekolahku, para murid melakukan ibadah dan perayaan dengan bermacam permainan di luar sekolah. Gereja-gereja menggelar rangkaian ibadah sejak pra-Paskah, Rabu Abu, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi, sampai kebangkitan Yesus dari kubur di hari Minggu.

Setelah perayaan Paskah di sekolah, aku libur. Jadi lebih banyak waktu bisa dihabiskan dengan keluarga. Bisa menginap di tempat Mbah di kampung, dan tentu saja mengikuti rangkaian ibadah Paskah di gereja.

Saat jam ibadah sore, berangkat dan pulang jalanan sangat padat. Sebab, berbarengan dengan teman-teman Muslim yang ngabuburit dan hendak berbuka puasa. Kadang disertai hujan atau gerimis. Meski begitu, tetap bersyukur bisa merayakan agenda ibadah masing-masing dalam keberagaman dengan saling menghargai.

Dalam ibadah Paskah, aku meringkas khotbah pak pendeta. Bacaan Alkitabnya diambil dari Markus 16:1-8. Setelah hari Sabat (Ibrani: istirahat, hari ketujuh) Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, serta Salome hendak ke kubur Yesus untuk meminyaki jasad-Nya dengan rempah-rempah. Mereka berangkat pagi-pagi benar, setelah matahari terbit. 

Mengapa pagi-pagi? Kemungkinan besar supaya tidak ketahuan oleh pemerintah Romawi. Perihal nubuat kebangkitan Yesus menjadi kontroversi waktu itu. Kubur Yesus (di gua batu) dijaga ketat oleh prajurit, bahkan disegel. Tujuannya supaya tidak ada yang mencuri jasad Yesus lalu merekayasa bahwa Yesus bangkit dari kubur.

Markus 16:3 Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur? Ketiga perempuan ini sudah melakukan persiapan dengan membeli rempah-rempah. Tapi di tengah jalan mereka baru sadar dan saling bertanya, siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi mereka. Bisa jadi, para wanita ini bertindak spontan, tidak berpikir panjang.

Pada zaman itu, kubur orang yang sudah meninggal lazimnya adalah di bukit batu, bukan di dalam tanah. Sebuah bukit batu digali menjadi semacam gua, lalu ditutup dengan batu besar berbentuk lingkaran, dalam posisi vertikal seperti pintu. Lubang kuburnya seperti pintu, berbentuk bulat atau segi empat setinggi 1,5-2 m. Batu penutup kubur ini sangat besar, berbobot sekitar 1,5-2 ton. "Rel" untuk penutup pintu kubur juga dibuat miring ke arah menutup, sehingga akan lebih mudah menutup daripada membukanya. Hal ini bertujuan agar pintu tidak mudah dibuka.

Ketiga perempuan itu, betapa pun perkasanya mereka, takkan sanggup membuka pintu kubur itu. Namun, ketika mereka mendekati kubur, terjadi peristiwa yang mengagetkan.  16:4 Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. Bagaimana bisa?

Matius 28:2-5 mencatat, terjadi gempa bumi yang hebat saat malaikat Tuhan turun dari langit, lalu menggulingkan batu itu dan duduk di atasnya. Malaikat ini wajahnya bagaikan kilat, pakaiannya putih bagaikan salju. Para penjaga kubur pun gentar ketakutan dan menjadi seperti orang mati.

Tanpa campur tangan Allah, mustahil para perempuan itu bisa membuka pintu kubur. Lagi pula, kuburnya dijaga prajurit, belum tentu mereka mengizinkan para perempuan untuk masuk ke kubur dan mengurapi jasad Yesus.

Malaikat itu tahu maksud kedatangan Maria dan kedua temannya. 16:6 tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: "Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. 

Kubur di bukit batu | foto: santapanrohani.org
Kubur di bukit batu | foto: santapanrohani.org
16:8 Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut. Dengan singkat mereka sampaikan semua pesan itu kepada Petrus dan teman-temannya. Sesudah itu Yesus sendiri dengan perantaraan murid-murid-Nya memberitakan dari Timur ke Barat berita yang kudus dan tak terbinasakan tentang keselamatan yang kekal itu.  

Yesus sudah bangkit! Kubur kosong dan kesaksian malaikat menjadi bukti bahwa Ia benar-benar bangkit dari kematian. Yesus sendiri juga menampakkan diri kepada para murid-Nya untuk menguatkan iman mereka.

"Bangkit untuk Menata Kehidupan," demikianlah tema Paskah tahun ini. Mari kita mengambil refleksi dari kisah kebangkitan Yesus. Malaikat Allah menggulingkan batu di kubur. Allah terlebih sanggup untuk menggulingkan batu penghalang dalam hidup kita, agar Ia bisa menjumpai kita. 

Batu penghalang itu mungkin berwujud kesedihan berlarut-larut, ketakutan untuk melangkah, kekuatiran/kecemasan yang membuat kita tidak berani melakukan apa-apa, pesimis, atau keputusasaan? Padahal, yang ditakutkan belum tentu terjadi, tapi sudah tidak mau melakukan apa-apa. Akankah kita menyerah...?

Atau, menjadi seperti Maria dan para perempuan di atas. Mereka bergumul dan bertanya, "Siapa yang akan menggulingkan batu itu?" Berita Paskah hari ini menegaskan, Yesus yang bangkit akan menggulingkan batu itu untuk kita! Namun, Allah meminta, ada niat, usaha, dan keinginan dari kita agar batu itu bisa digulingkan seperti para perempuan di atas.

Dari kedua belas murid, siapakah yang hatinya paling kacau dan porak poranda? Petrus. Ia adalah salah satu murid terdekat Yesus, tapi yang juga mengalami goncangan iman yang dahsyat. Petrus pernah meminta berjalan di atas air saat Yesus menampakkan diri di sebuah danau, lalu tenggelam karena ragu. Ia pernah mengakui sampai tiga kali bahwa Yesus adalah Anak Allah, tapi tiga kali juga menyangkal-Nya.

Saat penangkapan Yesus, Petrus merasa bersalah, berdosa, menyesal, malu, dan sangat sedih. Ia sampai menangis saking sedihnya. Tapi Petrus segera sadar, menyesal tidak ada gunanya. Setelah mendengar berita kebangkitan Yesus, ia segera bertindak.

Belajar dari Petrus, jangan sampai penyesalan semacam ini membelenggu kita. Bayangkan, suatu hari kita bertengkar hebat dengan pasangan, anak, orang tua atau saudara. Lalu, tiba-tiba mereka meninggal. Bukankah akan menyesal seumur hidup karena tidak bisa memperbaiki kesalahan?

Maka dari  itu, hendaklah kita membangun relasi yang penuh kasih dengan orang-orang yang kita kasihi dan di sekitar kita. Demikian salah satu cara untuk menata hidup kita. Selamat Paskah! --KRAISWAN

[Terinspirasi khotbah Pdt. Yefta]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun