Dibanding di rumah yang wahana permainan dan anak sepantarannya terbatas, bermain di play ground ini jelas lebih menyenangkan.
Begitu tiba di area bermain, anak kami langsung celingukan melihat betapa banyak wahana di sini! "Mau aku coba satu persatu!" mungkin begitu pikirnya.
Dari mengajak anak ke play ground ini, ada tiga pelajaran.
1) Quality time bermain bersama anak
Konsep quality time aku pelajari saat mahasiswa. Aku ikut KTB (Kelompok Tumbuh Bersama), kelompok kecil terdiri 3-5 orang. Pertemuannya seminggu sekali untuk membahas firman Tuhan. Dalam KTB ini dikenal adanya quality time. Membagikan hidup dengan waktu-waktu bersama yang berkualitas. Selain belajar firman Tuhan, kami bisa sharing hal pribadi, lalu saling mendoakan.
Saat pacaran hingga menikah, aku dan istri terus menjaga konsep quality time ini. Kami teruskan hingga punya anak. Penting menikmati waktu berkualitas bersama anak. Tidak hanya bareng secara fisik, tapi jiwa dan emosionalnya. Ikut mainan bola, menjagai saat perosotan maupun naik sepeda-sepedaan. Bukannya menyerahkan anak pada HP.
2) Anak beradaptasi dengan lingkungan
Jika di rumah, anak kami hanya berinteraksi dengan papa, mama, tulang (paman) atau Mbah. Dengan anak tetangga sesekali. Agar perkembangan emosionalnya ideal, kami mengajak ke play ground ini yang banyak anak sepantarannya.
Sejak awal, kami mengajarkan anak kami agar berbagi. Di Sekolah Minggu juga diajarkan. Belakangan, anak kami enggan berbagi, khususnya dalam hal makanan. Saat ditegur, malah dia menirukan, "Katanya ndak boleh peyit (pelit)." Memang peniru ulung ini.
Di play ground itu, ia mencoba hampir semua wahana. Kalau mobil-mobilan kosong, dia naiki, tapi tak sampai tiga menit ditinggal. Ganti yang lain. Kalau ada orang yang memakai, dia akan langsung protes, "Ini punyatu!" Hal sama terjadi untuk mainan lain.