Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dawis Cermat, Keluarga Sehat

15 Maret 2024   14:18 Diperbarui: 15 Maret 2024   14:21 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelompok dawis dengan kegiatan jalan sehat | dokpri

Suatu Jumat malam, istriku berujar, "Papah, besok jam 6 aku ada jalan santai dengan kelompok dawis ya." "O ya..." balasku. "Bapak-bapak juga boleh ikut kok," pungkas istriku.

Keesokan harinya: bangun kesiangan. Memang, dasarnya kami keluarga yang suka ngebo. (Bukan kumpul kebo ya!)

PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) di RT tempat tinggalku dibagi menjadi dua dawis (dasa wisma). Pembagiannya baru saja diberlakukan, sebelumnya digabung. PKK dan dawis jadi satu, padahal program dan kepengurusannya juga berbeda.

Meski tidak banyak program, tapi dawis di RT-ku tetap jalan. Salah satu program kelompok 1 yakni jalan sehat (di mana istriku tergabung). Sedang untuk kelompok 2  kursus merias. Program boleh beda, tapi semangatnya sama yakni untuk memberdayakan perempuan--kipernya keluarga. Begitu kira-kira definisi dawis cermat.

Alarm tubuh kami sudah diatur: kalau weekend bangunnya agak siangan, kalau tidak ada jadwal belanja ke pasar. Meski telat, istri mendorong supaya kami tetap ikut, menyusul rombongan. Salah satu Bapak sudah mengirim foto-foto di grup Bapak-bapak. Ia sempat minder, karena hanya ia satu-satunya Bapak yang ikut. "Aku menyusul, Mas!" balasku.

Rutenya cukup singkat, hanya di sekitar kompleks perumahan. Namun karena sudah terlambat sekitar 30 menit, mustahil kami bisa menjalani rute penuh. Apalagi bayi kami matanya sangat awas, semua benda ditunjuk dan dicek. Selokan, mobil, pohon, rumah, kucing, dan banyak lagi. Maka, di salah satu persimpangan di jalan besar kami melihat "ekor" rombongan, kami langsung mengejarnya. 

Ibu-ibu lain banyak yang kaget. Mengira kami bisa menyusul melewati rute penuh. Padahal ya potong kompas, hahaha... Tak apa, biar telat tetap berpartisipasi, sebagai penggembira pun.

Setelah sekitar lima menit berjalan dalam rombongan, kami dan satu ibu beserta anaknya perempuan (sepantaran anakku) berjalan belakangan. Biasalah, si anak bayi suka nengok-nengok. Lalu anaknya tetangga kami kurang enak badan, maunya digendong. Jalannya pun melambat.

Lima belas menit kemudian, tibalah kami di titik finish. Akhirnya! Ibu-ibu dawis sudah menata kursi plastik yang ditata di depan rumahku dan rumah tetanggaku (Teras kami cukup longgar, sering dipakai acara bersama RT). Dilanjutkan dengan acara ramah-tamah. Tersedia jahe hangat, jajan pasar, dan nasi ikan suwir.

Mantab memang. Habis jalan-jalan, makan dan minum sambil mengobrol. Fisiknya sehat, relasi dengan tetangga pun makin rekat. Emak-emak mengobrol, ada yang bercanda tawa. Tetiba hadir play group dadakan, beberapa anak sepantaran anakku (balita) bermain bersama, utamanya mainan mobil-mobilan.

Dari jalan-jalan dawis ini, ada tiga poin yang boleh dinikmati:

1) Kebersamaan menjaga kesehatan

Di era digital yang serba instan ini membuat hidup kita menjadi makin mudah, seringkali memanjakan malahan. Sisi negatifnya, kita malas berolahraga. Betul?

Mau belanja, tinggal scroll di Sho**e, Tok*pe**a, Tik**k, dan beragam e-commerce. Mau makan juga bisa pesan online. Mau nonton bisa langganan di HP. Sehingga terlalu banyak alasan untuk tidak berolahraga. Khusus aku dan istri, memang seringkali karena kehabisa waktu, tidak selalu malas.

Tetap ikut jalan sehat meski kesiangan | dokpri
Tetap ikut jalan sehat meski kesiangan | dokpri

Maka, program jalan sehat dawis ini jadi berarti. Mungkin cuma mendekati 10.000 langkah, itu pun paling sebulan sekali. Tapi jadi pengingat bagi kita, bahwa menjaga kesehatan itu penting. Meski 'terpaksa', atas nama kebersamaan, harapannya bisa mendorong ibu-ibu, keeper-nya keluarga agar mengupatakan kesehatan keluarga. Melalui jalan sehat salah satunya. Selain itu juga demi kebersamaan dengan sesama anggota dawis.

2) Bersama agar makin sayang

Jika ada pepatah tak kenal, maka tak sayang. Maka, dalam kegiatan dawis ini bersama agar makin sayang. Maksudnya sayang secara umum ya.

Kegiatan ini di hari Sabtu, kebanyakan warga libur. Cocoklah buat mengadakan kegiatan bersama. Dengan jalan sehat, membuat relasi kami makin dekat. Sambil berjalan santai bisa mengobrol dan bercerita. Tak lupa foto, cekrek!

Dengan sering bersama dan saling mengenal, harapannya akan makin sayang. Relasi yang akrab dan harmonis seperti ini penting untuk hidup bertetangga.

Depan rumah jadi play ground dadakan | dokpri
Depan rumah jadi play ground dadakan | dokpri

3) Dawis juga butuh dukungan pria

Dawis, grup berisi ibu-ibu, tetap perlu dukungan pria. Satu Bapak yang mengirim foto di grup itu salah satunya. Lalu kursi plastik yang dipakai untuk duduk, dibantu disiapkan oleh Bapak-bapak juga. Aku tak ketinggalan.

Meski grup wanita, peran pria tak bisa diabaikan. Justru, dawis akan berjalan kalau ada dukungan dari pria. Misalnya, kalau istri pas acara dawis, aku yang bertugas menjaga anak di rumah. Sebab, jika diajak, si anak akan memegang banyak hal, lalu mengacaukan acara. Maklum, anak-anak, apalagi lelaki. Susah diminta duduk tenang, kecuali diberi HP--hal yang takkan kami lakukan.

Demikian ceritaku. Dawis cermat, keluarga sehat! --KRAISWAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun