Saat terjadi kecelakaan, kita butuh pertolongan pertama. Tak ketinggalan saat kelaparan, kehausan, maupun kemepetan akibat kelupaan.
***
Selasa-Rabu minggu lalu, di sekolahku ada perayaan Imlek. Kamis-Jumat libur Isra Mi'raj dan cuti bersama Imlek. Weekend sekolahku memang libur. Asyik nih, libur panjang bisa main dengan keluarga.
Tapi... Kenyataan tak seindah angan.
Secara bertahap, anak dan istriku sakit. Tiga hari kemudian, aku pun sakit. Kompak, satu keluarga sakit semua.
Dugaannya, kami kelelehan setelah trip panjang ke Jogja saat liburan dengan opung (sebutan kakek/nenek untuk orang Batak).
Hari Minggu, kami betulan menjadi pejuang dengan segala keterbatasan. Aku bertugas mengiringi nyanyian di Sekolah Minggu jam 7. Istri ada bazar di gereja jam 8.30, bawaan barangnya minta ampun banyaknya. Di saat yang sama, aku tugas choir di gereja yang menaungi yayasan sekolahku.
Disebabkan ribetnya kegiatan ini, si kecil kami tingg di rumah bersama tulangnya (om). Lagi pula, ia masih tidur.
Pulang gereja, kami pesan mi ayam. Waktu sampai di rumah, pas hujan, pas makan yang berkuah-kuah.
Habis makan, terbitlah ngantuk. Anakku belum fit, masih suka rewel. Istri masih pening kepalanya. Aku meriang, dan pusing. Jadilah sesiang itu kami tidur. Rintik lembut masih mengiring di luar rumah.
Sorenya kami bangun, bermain sebentar dengan anak, lalu makan malam. Habis makan, bukannya reda, kepalaku makin pusing. Setelah menenggak sebutir paracetamol, aku terpaksa meninggalkan anak dan istri untuk tidur duluan di kamar belakang. Ada pesan apa di WA, besok materi mengajarnya apa, gerbang sudah dikunci apa belum; aku tak sanggup memikirkannya.