Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #48

9 Februari 2024   06:35 Diperbarui: 4 Maret 2024   14:08 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nongkrong di kafe sambil membuat evaluasi dan resolusi | foto: KRAISWAN

Dari rekomendasi beberapa kakak alumni, kami diarahkan untuk menghubungi salah satu alumni Perkantas Purwokerto. Beliau punya latar belakang konseling pranikah. Ini pun tidak langsung menjadi mudah.

Kakak itu domisili di Purwokerto, aku di Salatiga, Yanti di Jakarta. Ketiganya terpisah di kota yang berbeda. Rencananya, saat liburan kami akan ke Purwokerto untuk bimbingan. Sambil ketemuan, jalan-jalan, sekalian bimbingan. Sekali dayung, tiga pulau terlampaui.

Februari 2020 kakak ini sedang mengisi materi dalam ret-ret di daerah Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah. Kami meminta izin untuk bertemu dan menyampaikan maksud kami. Kakak itu setuju untuk kami temui di tengah kesibukannya. 

Yanti pas ada dinas ke Kulonprogo, pas weekend. Aku meluncur ke Solo naik bis, lalu mencari persewaan sepeda motor. Aku menjemput Yanti di stasiun Purwosari, lalu meluncur ke lokasi ret-ret.

Kami diajukan beberapa pertanyaan dasar, sudah berapa tahun pacaran, benarkah kami sudah siap untuk menikah. Setelah cukup berdiskusi dan menceritakan maksud kami, kakak itu perlu istirahat. Syukurnya, kakak itu menyediakan layanan konseling online melalui panggilan video WhatsApp (waktu itu sudah bisa call conference). Kakak ini melayani juga pasangan yang LDR antar-kota. Siapa sangka, layanan ini sangat menolong bimbingan kami di masa pandemi.

Diskusi di rumah makan sampai petang | foto: KRAISWAN
Diskusi di rumah makan sampai petang | foto: KRAISWAN

Nanti malam selesai kakak itu sesi, kami diundang kembali untuk membahas materi. Bahannya sudah dikirimkan sebelumnya via email, sudah aku cetak berikut untuk Yanti. Maka kami pun pamit mencari tempat makan, sekaligus untuk menyiapkan materi sebelum diskusi dengan kakak itu.

Kembali ke tempat retreat. Di salah satu sudut ruang makan, kakak itu menjelaskan kurikulumnya. Materi ini terdiri dari 19 bab yang akan dibahas kurang lebih 6 bulan. Kami dijelaskan tujuan bimbingan pranikah, di antaranya mempersiapkan kehidupan pernikahan, memperjelas harapan masing-masing, dan meraih kehidupan pernikahan yang bahagia.

Kami juga diminta membaca pernyataan komitmen peserta dan menandatanganinya. Kami diberikan sejumlah pertanyaan, apakah sudah siap menikah serta mengisi data diri. Dari pertemuan pertama saja kami tahu, bahwa Tuhan membimbing langkah pernikahan kami melalui orang yang tepat. Selalu ada pimpinan Tuhan bagi mereka yang meminta dan mencari. Kiranya Tuhan menolong kami dalam hari-hari ke depan mempersiapkan pernikahan. --KRAISWAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun