Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wisuda, Salah Satu Titik Start

28 Januari 2024   01:18 Diperbarui: 28 Januari 2024   01:32 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di kampus saat wisuda | dokumentasi pribadi 

Congrats ya! Akhirnya lulus juga!

Sah, sarjana ya!

Lulus kuliah udah. Kapan nikah?

Perjuangan empat tahun, terbayar hari ini!

***

Familiar dengan ungkapan-ungkapan di atas? Ya, biasanya buat mahasiswa yang berhasil wisuda.

Kamis lalu, adik iparku wisuda dari almamaterku. Satu sisi, ia telah menuntaskan tanggung jawabnya kepada orang tua terkait studi. Harus diakui, dari ribuan mahasiswa tetap ada saja yang tidak tuntas. Entah alasan biaya, dosen, penelitian, kenakalan pemuda, atau ribuan alasan lain.

Kelulusan studi, jadi salah satu pencapaian hidup yang pantas dirayakan. Untuknya, berbagai persiapan diperlukan. Make up (khususnya bagi perempuan), kostum--yang ditutup jas toga. Belum lagi kedatangan orang tua dari daerah asal, bagi perantau. Harga tiket pesawat mahalnya ampun...

Repotnya, biaya studi tidak murah, meski pemerintah membuat beragam program pendidikan. Apalagi kuliah. Uang pembangunan, semesteran, biaya kos, kebutuhan bulanan, dan banyak lagi. Kalau orang tua tak punya pemasukan tetap, biayanya dari mana?

Itulah kenapa, kuliah tidak bisa dilakukan asal-asalan jika tidak ingin mengecewakan orang tua. Belajar yang serius, berorganisasi secukupnya, harus lulus! Tepat waktu kalau bisa.

Setelah lulus, mau apa? Tentu cari kerja. Itu harapan orang tua menguliahkan anak. Kerjanya yang mapan, nyaman, dan bergengsi, lebih baik dari orang tua. Atau studi lanjut, jika ada dana dan diperlukan.

Masalah tak lalu lenyap. Dari ribuan sarjana yang lulus tiap tahun, tidak semua bisa langsung mendapat kerja. Ada yang karena tidak pakai orang dalam, IP tinggi tapi tak bisa kerja, idealis harus kerja sesuai bidang, dan segudang alasan lainnya.

Ada yang mau menerima, tidak sesuai keinginan. Yang didamba, tak kunjung menerima. Nah, di sini jadi pergumulan yang juga tidak mudah. Bolehlah idealis sesuai bidang studi. Tapi kalau belum terwujud, hendaknya tidak jual mahal.

Dalam satu periode hidupku, aku pernah mengalaminya, justru dari pihak orang tua. Aku baru selesai bertugas dari suatu LSM, belum mendapat kerja yang baru. Lama sudah mendaftar ke banyak tempat sesuai jurusan, tapi belum satu pun mau menerima. Daripada menganggur tak jelas, kerja di pabrik pun aku rela, pikirku. Ibuku kontra, "Kalau cuma kerja pabrik sama kayak ibu, ngapain kamu sekolah tinggi-tinggi. Jangan!" Repot.

Itulah sebab, wisuda adalah salah satu titik start kehidupan. Di balik kesuksesan ini--berapa pun IP diraih, masih banyak jalan panjang harus ditempuh, khususnya untuk mendapat pekerjaan. Memasuki hutan rimba ibaratnya.

Suasana di kampus saat wisuda | dokumentasi pribadi 
Suasana di kampus saat wisuda | dokumentasi pribadi 

Titik start ini menandai fase baru, dari mahasiswa (pelajar) menjadi alumni. Dari sebelumnya bergantung pada orang tua, harus mandiri dengan mendapat pekerjaan. Syukur-syukur memberi pada orang tua. Dari yang hanya memikirkan hari ini dan besok, jadi memikirkan satu tahun ke depan. Dari yang hidup sendiri, jadi memikirkan pendamping diri.

Kiranya mahasiswa baru (maba) tidak terlena dengan perayaan wisuda. Berfoto-foto bersama teman dan keluarga, makan bersama. Atau membuat perayaan lain yang berkesan, tapi justru berlebihan dan menghabiskan banyak biaya. Ingat, setelah alumni harus lebih mandiri. 

Fokus buat mencari pekerjaan, menabung, dan menyiapkan masa depan. Buat mengembangkan karir, menabung, lalu masuk fase yang baru lagi: berkeluarga.

Menjadi alumni dengan tambahan gelar di belakang nama juga menjadi tambahan tugas. Harus memberi dampak bagi keluarga, masyarakat, bangsa terlebih dunia. Ditandai dengan perubahan pola pikir. Lebih fleksibel, menyesuaikan perkembangan zaman, dan visioner.

Selamat untuk para wisudawan. Selamat memulai fase baru dalam hidup. Selamat datang ke hutan rimba. --KRAISWAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun