Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kamu Boleh Main Bebas, Tapi Harus Tahu Batas

18 Januari 2024   14:10 Diperbarui: 18 Januari 2024   16:09 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kegiatan anak SD | foto: homecare24.id

Beberapa anak dilaporkan bermain di area playground untuk PAUD-TK. Yang melaporkan ya temannya juga. Padahal sudah ada rantai plastik sebagai pembatas dan tulisan tertempel "For under 6", untuk anak di bawah usia 6 tahun. Yang menaiki ini sudah usia 11 tahun, meski fisiknya masih seperti kelas 3.

Aku panggil mereka, 'tersangka' utamanya dua orang, ke kantor. Layaknya guru BK, aku mengklarifikasi laporan teman mereka, dan benar. Alih-alih menegur secara membabi buta, aku mengajak mereka berpikir dan menganalisa, apakah tindakan mereka melanggar aturan atau tidak. 

Nampaknya, usia mereka belum sejalan dengan pola pikirnya. Yang dipikirkan masih ingin bermain saja. Wajar, masih anak SD. Tapi karena sudah 6 harusnya lebih tahu diri. Sebab adik kelasnya pun tidak ada yang kepikiran buat memakai wahana yang khusus untuk anak TK tersebut. 

Aku senang mereka bersikap kooperatif, tidak menyangkal atau mencari kesalahan temannya. Satu sisi, mereka gentle. Sikap ini yang harusnya dimiliki dan dipupuk pada anak-anak. Bertanggung jawab pada apa yang dilakukan. Berkata jujur, mengaku salah jika memang salah.

Berapa banyak anak-anak kita yang menyangkal jika salah, karena melihat orang dewasa juga berbuat demikian?

Ilustrasi kegiatan anak SD | foto: homecare24.id
Ilustrasi kegiatan anak SD | foto: homecare24.id

Kasus kedua. Beberapa murid bermain sampai ke area parkir motor, dan ada sesuatu yang pecah. Pelakunya kelas 6. Mateng. Ini bisa berabe urusannya.

Di TKP. Aku langsung memanggil para murid terkait. Betul, semuanya kelas 6. Mereka berani keluar garis. Padahal sudah ditegur oleh guru piket. Di sini bukan area bermain. Cuma ada motor terparkir. Apa yang mereka cari?

Kebebasan.

Mungkin mereka pikir, di sini mereka bisa bebas berlarian, tarik-tarikan, dan teriak-teriak tanpa didengar guru. Masalahnya, di sudut sana ada kaca dan barang-barang bekas tukang. Seorang anak mengambil lampu neon (mungkin bekas) katanya hendak dikembalikan ke tempatnya, tapi sambil dipukul-pukul seperti nenek-nenek berjalan. Kreatif sekali.

Ya pasti pecahlah, Nak! Syukurnya tidak melukai seorang pun. Aku langsung menegur mereka. Mereka tahu bahwa itu bukan area bermain, jadi tidak ada alasan apa pun mereka berada di sini. Di kelas, sebelum memulai pelajaran aku menekankan aturan dasar ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun