Bukan hanya pemilik kekuatan super, pahlawan adalah pribadi yang memperjuangkan hal penting dalam hidupnya, dengan mengorbankan kesenangannya sendiri.
***
Mendekati tengah bulan, Gareng sudah empat kali mengecek m-banking. Belum masuk juga. Padahal operasional harus terus dibiayai. Anaknya masih batita, butuh banyak asupan dan perlengkapan.
Tinah hendak membeli dagangan buah (kemungkinan untuk ibunya) milik temannya. Tapi, ia akan bayar setelah gajian, kalau boleh. Meski masih lajang, Tinah menjadi tulang punggung bagi ibunya. Perlu biaya tidak sedikit juga untuk biaya pengobatan.
Romah senasib dengan Tinah. Bedanya, ia juga punya tagihan rumah. Di lingkungan kompleksnya sering ada kegiatan sosial. Ke mana-mana, ia harus naik ojeg online, jika bapaknya tidak bisa mengantar.
Itu pun belum terhitung kegiatan sosial seperti lelayu, pernikahan, kelahiran, atau sekedar nongkrong bersama dalam momen makan siang. Berat ya...
Di bawah kolong langit ini, tentu banyak Gareng, Tinah, dan Romah yang lain. Alih-alih kekuatan super, mereka harus berjuang dengan penuh keterbatasan.
Merekalah sosok pahlawan dalam versi mereka sendiri. Tidak ada liputan TV, atau berita di medsos atau gethok tular. Mereka berjuang dalam senyap. Tak butuh pengakuan siapa pun.
Setiap kita, di mana pun berada, dalam lingkup dan era apa pun, bisa menjadi pahlawan. Berikut ini 3 ciri-cirinya.
1) Punya sesuatu untuk diperjuangkan
Para pahlawan memperjuangkan hal fundamental untuk jati diri bangsa: kemerdekaan. Dengan kemerdekaan yang diraih, generasi saat ini bisa terlepas dari belenggu negara lain. Bebas belajar, berkarya, berkreasi, dan mengembangkan diri.
Jika punya sesuatu yang diperjuangkan, Anda, setiap kita masuk kriteria menjadi pahlawan. Yang diperjuangkan itu bisa jadi anak, suami/istri, orang tua yang butuh pengobatan, orang terkasih atau apa pun yang Anda anggap berharga.