Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

3 Tips Ringan untuk Penulis Pemula

11 Januari 2024   13:56 Diperbarui: 21 Januari 2024   01:56 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang teman ingin menulis, tapi tidak tahu harus mulai dari mana. Teman lain merasa takut dan minder, tidak pintar menulis. Memangnya untuk bisa menulis harus pintar?

***

Ada delapan (bahkan sembilan) jenis kecerdasan majemuk menurut Howard Gardner yakni kecerdasan visual-spasial, musikal, logika matematika, interpersonal, intrapersonal, kinestetika, naturalis, eksistensial, dan kecerdasan bahasa atau linguistik salah satunya.

Setiap orang memiliki 2 atau lebih kecerdasan dalam dirinya. Proporsinya bisa berbeda tiap orang. Orang yang bisa menulis, bisa jadi memiliki porsi kecerdasan linguistik yang lebih menonjol dibanding kecerdasan lainnya. 

Kenapa orang yang bisa menulis dianggap pandai? Sebab, harus suka dan banyak membaca agar bisa menulis. Banyak membaca, banyak menulis, begitu rumus sederhananya.

Terlepas punya kecerdasan linguistik atau tidak, tiap orang bisa menulis, kalau mau. Kompasiana hadir dengan ajakan "Ceritakan pengalaman dalam hidupmu, atau tulis opinimu seputar isu terkini". Tiap orang punya cerita hidup, bukan? Kita juga bisa memberi opini tentang isu-isu terkini. Tapi, pendapatnya harus santun dan bertanggung jawab ya supaya tidak kena UU ITE, pencemaran nama baik maupun hoaks.

Menulis, bagi sebagian orang menjadi pekerjaan, sebagian lainnya hobi. Untuk mengerjakan hobi butuh usaha, ketekunan, biaya hingga pengorbanan. Tapi jika ditekuni hobi ini bisa menghasilkan pemasukan tambahan. Syukur-syukur menginspirasi orang lain.

Berikut ini 3 tips ringan untuk penulis pemula.

1) Menceritakan pengalaman

Setiap orang punya pengalaman dalam hidupnya. Entahkah pengalaman baik, atau buruk. Pengalaman yang berkesan atau biasa. Diceritakan atau tidak, pengalaman tetap terbentuk. Bedanya, jika ditulis pengalaman itu bisa dibaca orang, berpeluang menginspirasi atau memberi warna bagi orang lain.

Pada dasarnya, manusia butuh berinteraksi dengan sesamanya. Entahkah interaksi secara langsung (verbal) atau lewat chat. Saat ini, kita dengan mudah membagikan pikiran dan perasaan lewat story di medsos yang berlaku hanya 24 jam. Kenapa tidak ditulis dan diunggah? Akan lebih berkesan dan menorehkan sejarah.

Ada kelompok orang yang lebih suka bercerita secara verbal. Susah, tak ada waktu untuk menulis. Kuncinya ada di niat. Ada niat, ada jalan. Buktinya, beberapa temanku ikut menulis setelah tahu aku menulis di Kompasiana, tak peduli betapa sibuknya mereka. Apalagi kalau pengalamannya berkesan, insiden kecelakaan hampir merenggut nyawa tapi selamat, misalnya. Kenapa pertolongan Tuhan ini tidak diceritakan?

Ilustrasi menulis artikel | foto: dharakinfotech.com via liputan6.com
Ilustrasi menulis artikel | foto: dharakinfotech.com via liputan6.com

2) Gunakan rumus 5W+1H

Pengalaman segudang. Banyak tempat sudah dikunjungi. Banyak orang sudah ditemui dan menjadi jejaring. Tapi, bagaimana cara menulis?

Seperti pelajaran di SD, gunakan rumus 5W+1H. Buatlah kerangka tulisan. What, apa momen/ kejadian/ pengalaman yang mau diceritakan. Who, siapa yang terlibat dalam kejadian. Apakah anggota keluarga, teman kerja, tetangga, atau bahkan orang asing?

When, kapan kejadian itu terjadi. Kenangan manis biasanya susah dilupakan. Meski sudah menjadi masa lalu, pantas untuk diceritakan dalam tulisan/ artikel. Why, mengapa suatu kejadian menarik bagi Anda? Mengapa hal itu begitu mengusik? Mengapa Anda tadi mampir ke toko, dan tidak langsung pulang ke rumah. Dan seterusnya. Selalu ada alasan atas setiap keputusan kita. How, bagaimana respons Anda atas suatu fenomena. Bagaimana pendapat Anda atas pemanasan global, kondisi politik negeri ini, atau lainnya.

3) Bebaskan emosi, menulislah

Menulis itu membebaskan jiwa dan emosi, kata pujangga. Mustahil rasanya memendam perasaan dan emosi hanya di dalam dada. Jadi tertekan, menderita, dan sakit. Kalau tidak stroke, darah tinggi, ya sakit jiwa. Meski begitu ada kelompok orang yang bisa memendam perasaan. Ajaib.

Menulis menjadi salah satu cara untuk membebaskan jiwa. Jiwa dan emosi yang bergejolak lebih baik dibebaskan dengan menulis. Apalagi kalau ada hal mengusik di dalam kepala, yang mengganggu nurani, baru bisa lega jika diluapkan lewat tulisan.

Meski bisa diluapkan dengan membuat video, bagiku menulis punya makna lebih mendalam. (Relatif bagi tiap orang.) Tidak harus berdandan, tidak harus menyiapkan kata-kata yang bagus, tapi leluasa merangkai kata.

Banyak ide/ gagasan yang bertebaran di kepalaku. Jika penuh, hidup rasanya suntuk dan melelahkan. Jiwaku baru terbebas jika berhasil mengkristalkan ide menjadi artikel.

Bagaimana cara mengunggah tulisann? Bisa di blog pribadi wordpress.com atau blogger.com atau kompasiana.com. Buka alamat web-nya, lalu bisa login dengan akun google. Cukup ikuti petunjuknya, dan artikel anda siap diunggah.

Jadi bagaimana, masih ragu buat menulis? Semoga tips di atas bermanfaat ya! --KRAISWAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun