Kalau tidak punya pelita, atau minyak? Ya sulit. Pilihannya: nekat berjalan dalam gelap dengan risiko jatuh, tersesat. Atau menunggu matahari terbit esok harinya.
Yesus menawarkan, Ia bisa menolong orang untuk berjalan tanpa jatuh maupun tersesat, karena Ia yang akan menjadi terang itu.
Pelita sekecil apa pun, misal lilin, menolong kita melihat objek di depan kita. Lubang, dahan pohon, kerikil, batu, atau persimpangan. Kehadiran Yesus menolong kita dalam perjalanan hidup. Masalah tidak langsung selesai, tapi kita mendapat pencerahan.
Kita yang berjalan dalam terang, bisa menolong orang lain yang mungkin dalam pergumulan. Kita dengar cerita atau keluhan mereka, mungkin tidak langsung menyelesaikan masalah. Tapi masalah itu bisa terurai.
Ambil kasus lain. Jika tidak datang/ bolos ibadah, apakah berdosa?
Kan cuma sekali dua tidak beribadah, tidak apa-apa. Padahal, bolos ibadah bobot dosanya sama dengan membunuh, berzinah, atau mencuri. Sebab tidak ibadah artinya tidak menyediakan waktu khusus untuk Tuhan. (Entah alasan pekerjaan/ bisnis, kenyamanan atau kemalasan.)
Analogi lain, pentingnya terang bagi kita. Jika tidak ada penerang di rumah, kita takkan tahu di sudut-sudut rumah ada sarang laba-laba, atau kotoran lain. Jika tidak tahu ada kotoran, kita takkan membersihkannya. Demikian juga hidup tanpa terang, takkan sadar ada dosa.
Belajar dari Salomo
1 Raja-raja 3:9 (TB) Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?"
Salomo masih muda, belum berpengalaman saat diangkat menjadi raja, memimpin rakyat yang besar dengan tanggung jawab yang juga besar. Ia bisa saja minder. Tapi, sebagai orang beriman, ia sadar ada Tuhan. Ia bisa menjadi raja karena kemurahan Tuhan.