Tak heran museum seperti Palagan Ambarawa ini sepi pengunjung. Saat kami datang, hanya satu dua mobil yang parkir, tanpa ada sepeda motor.
Dari ulasan warganet di Google juga menyatakan sepi. Suasananya tenang, cocok untuk menikmati suasana.
Ada fasilitas seperti toilet, kantin dan semacam pendopo. Eks peralatan perang pun disajikan dengan rapi. Ada tank, truk, pesawat, dan kereta uap. Meski salah satu warganet berujar, koleksinya tidak sebanyak waktu ia kecil berkunjung ke sini. Ke mana koleksi benda-benda perjuangan ini? Entahlah.
Anak kami menjelajah beberapa wahana yang ada. Mau duduk barang 30 detik, setelah itu kabur lagi. Sesekali kami jelaskan bahwa benda-benda ini adalah peralatan tempur di masa lalu.
Palagan Ambarawa menjadi salah satu saksi sejarah bagaimana para pahlawan dengan gigih mempertahankan kemerdekaan dari Inggris dan Sekutu. Di Semarang, Surabaya, Medan, dan kota-kota lain mengusahakan perjuangannya demi kemerdekaan Indonesia.
Anak kami usia dua tahun, apakah ia sudah mengerti? Mungkin belum. Tapi kalau tidak diajak ke sini, maka tidak tahu sama sekali bukan?
Kami dokumentasikan dengan foto, dan kami unggah di blog. Biar kelak saat ia remaja ia tahu pernah diajak berkunjung ke museum.
Oya, untuk nama-nama kendaraan di sini, sebagian besar anak kami sudah tahu. Kami sudah perkenalkan nama-nama hewan, kendaraan, warna, buah-buahan dan benda-benda sekitar sejak dini.