Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #47

6 Januari 2024   10:51 Diperbarui: 6 Februari 2024   22:49 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketemu di Salatiga dan PA buku persiapan pranikah | dokumentasi pribadi 

Kami bertemu kakak rohani, yang dulunya tinggal di Ungaran, kini pindah ke Jakarta. Banyak sharing dan nasihat yang kami terima dari mereka, khususnya terkait persiapan pernikahan. Kebetulan, mereka juga lintas-etnis Jawa dan Batak. Lebih dari itu, mereka hidup selalu berpegang pada firman Tuhan. Mereka salah satu teladan kami.

Aku dan Yanti berkunjung ke beberapa tempat wisata di Jakarta. Kota Tua jadi satu tempat yang unik buat dikunjungi. Meski sekedar lewat dan berfoto. Salah satu gedung tua di sini pernah dijadikan tempat shooting film Habibie dan Ainun. Keren.

Sebagai produsen minuman herbal, Yanti mengikuti perkembangannya. Di kawasan kota tua ini ada kafe yang unik, mirip kedai kopi. Acaraki, kedai jamu yang mengusung konsep kedai kopi. Ya, peralatan dan interiornya mirip kedai kopi, tapi yang diolah adalah bahan herbal (jamu). 

Kafe ini keren dan merupakan inovasi yang menarik. Generasi milenial sering nongkrong di kafe kopi, tapi nampak anti dengan kata jamu atau herbal. Acaraki mengolah bahan herbal dengan cara mirip mengolah kopi. Harapannya bisa menggerus ketakutan anak muda pada jamu. 

Berkunjung ke Kota Tua, Jakarta | dokumentasi pribadi 
Berkunjung ke Kota Tua, Jakarta | dokumentasi pribadi 

Kami pesan dua minuman, salah satunya beras kencur. Rasanya? Enak. (Tapi lebih enak buatan pacarku lah!) At least, bisa diterima lidah anak muda. Anak muda harus melestarikan tradisi bangsa, salah satunya minum jamu. Jika tidak, dikhawatirkan minuman tersohor sejak zaman kolonial Belanda ini akan punah, atau direbut negara lain.

Mampir ke Acaraki, produsen jamu modern ala kafe kopi | dokumentasi pribadi 
Mampir ke Acaraki, produsen jamu modern ala kafe kopi | dokumentasi pribadi 

Sekitar dua hari di Jakarta, kami segera meluncur ke Salatiga naik kereta. Ini juga kali pertama aku naik kereta bareng pacar. Sebelumnya aku hanya mengantar Yanti ke stasiun--saksi perjumpaan dan perpisahan dalam kisah LDR kami.

Aku mengajak Yanti main ke rumah, berkenalan dengan Bapak, Ibu dan adikku. Akhirnya, bisa mengenalkan calon mantu pada orang tua, hehe. Kami juga sempat Natalan bareng di Gereja Kristen Jawa, ibadahnya memakai Bahasa Jawa. Di sini, Yanti agak roaming, meski dia sudah tahu kosakata umum.

Liburan kali ini, kami punya misi yakni mengunjungi rekan produsen gula kelapa di Kulonprogo, Jogja. Ibu ini selibat, tinggal sendirian dan sudah tua. Setidaknya kami mengingat dan mengunjunginya atas kebaikannya pada kami saat Yanti dinas di sana.

Kami mengambil jalur Kopeng, melewati hutan pinus dan perkebunan sayur. Pemandangan alam ini lebih menyegarkan mata si naturalis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun