Emang bisa pengasuhan anak zaman now tanpa HP?
***
Awal mula kami mengenalkan HP pada anak kami adalah saat ia masih dalam kandungan. Kami perdengarkan lagu-lagu Mozart yang konon bisa menstimulus pertumbuhan saraf sehingga anak menjadi cerdas. Menjelang ia berumur setahun, waktu masih belum tengkurap, kami putarkan lagu-lagu Sekolah Minggu.
Usia setahun lebih sedikit, anak kami bisa tengkurap hingga duduk. Beberapa kali saat istriku harus melakukan suatu pekerjaan, misalnya memasak atau harus BAB, salah satu strategi yakni memberinya tontonan dari Youtube. Anak kami di kursi bayi, HP disandarkan di atas meja, berjarak dari anak.
Usia dua tahun, anak kami makin sering mendapat tontonan dari Youtube. Entah untuk media pembelajaran, atau mengenalkan lagu-lagu. Apalagi kalau sedang sakit dan tidak mau makan. Dari pada kelaparan dan tak kunjung sembuh, kami terpaksa memberi tontonan Youtube.
Terkini, jika sudah bosan dengan mainan dan buku saku yang beragam rupa itu, atau saat tahu mamanya memegang HP, ia akan minta menonton dari HP juga.
Terjawablah pertanyaan di atas. Mustahil zaman now mengasuh anak tanpa HP. Kalau tidak diberi, padahal anak ingin bermain HP ia akan menangis meronta-ronta. Lebih baik berikan HP, supaya anak diam dan tidak menangis. Demikian pola pikir Mbah dan orangtua yang enggan repot.
Eitss, tunggu dulu...
Ada kisah nyata tentang bahaya memberi HP pada anak terlalu dini. Pertama, anak kami jika sudah menonton, ia mau makan tapi sering ditahan di mulut, bukan dikunyah. Dan kalau tidak sangat lapar, makannya akan lama selesai.
Kalau sedang asyik menonton, ia tidak menyahut jika dipanggil. Biasanya aku pulang kerja ia menyambutku, minta diajak muter kompleks atau menanyakan oleh-oleh. Kalau pegang HP, boro-boro disambut. Ditengok pun tidak.