Jalan berdua itu menyenangkan. Jalan bertiga itu menantang.
***
Juli lalu, saat liburan semester, aku dan istri baru saja pulang kampung ke Medan mengajak anak serta. Setelah nikahan adikku, menghadiri pesta pernikahan adik ipar (maraton), sekaligus menengok Oppung.
Itulah kali pertama anak kami bertemu Oppung, menginjak tanah Batak, sekaligus ia pertama kali naik pesawat dan kapal menyeberang Danau Toba. Sekali melangkah tiga destinasi terlampaui.
Menjelang akhir tahun, kami merencanakan kembali travelling multi-destinasi. Saudara KTB istri--sebut saja Ines--akan menikah. Para saudara dan kakak KTB diundang hadir dalam pesta pernikahan di Jakarta.
Jauh hari istri sudah menyampaikan hal ini. "Kita nabung ya, Pah!" Siap, balasku.
Apakah kami akan mengajak anak yang masih usia dua tahun? Kalau bisa, tidak. Tapi harus. Sebab ada hal lain yang mengharuskan anak kami ikut. Itulah sebabnya, artikel ini berjudul Sekali Melangkah Tiga Destinasi Terlampaui.
Sebulan sebelum berangkat, aku sudah konsultasi pada wakasek tentang kemungkinan aku izin hari Jumat di tengah padatnya agenda. Â Dengan hikmat beliau, aku disarankan izin setengah hari. Sebab, aku sudah sering izin karena agenda keluarga, hehe.
Apalagi akhir semester, aku sering izin lebih awal sebelum libur, padahal masih ada agenda yayasan. Mau bagaimana, kalau perjalanan luar pulau ya wajar kan izin lebih awal?
Maka, kali ini aku izin setengah hari. Hari Jumat anak-anak agendanya remidi dan susulan. Aku sudah menyelesaikan koreksi soal tes. Acara nikahan hari Sabtu. Istri sudah beli tiket Jumat sore.
Demi alasan ekonomis dan memberi pengalaman si kecil, kami memilih naik kereta. Naik bis, pesawat, dan kapal sudah pernah. Kali ini, pertama anak kami akan naik kereta.
Anak kami antusias dengan bermacam jenis kendaraan. Sebagian besar ia sudah tahu bentuk dan suaranya, termasuk kereta. Kali ini ia berkesempatan menaikinya. Meski sudah diganti, kursi kelas ekonomi masih ada yang 90 derajat 'penghancur tulang belakang'. Meski sudah ada modifikasi lekukan, lebih bersahabat dengan punggung.
Secara umum, anak kami bisa menikmati naik kereta. Ia bahkan berjalan-jalan di lorong antar-gerbong. Bayi dua tahun sudah naik semua jenis armada transportasi. Keren! Sepertinya cuma pesawat jet dan kapal selam yang belum dicoba anak kami, hehe.
Dari Salatiga ke stasiun Semarang Poncol kami diantar adik ipar naik mobil. Perjalanan kurang lebih tujuh jam sampai ke stasiun Pasar Senen.
Di Senen, seorang kakak rohani sudah menunggu kami. Kami akan menginap di rumahnya, besok sekaligus datang ke pesta bareng. Kakak ini dan keluarganya sudah kenal istri sejak kami masih lajang, dulunya tinggal di Semarang. Mereka sudah seperti saudara sendiri.
Dengan keluarga kakak ini kami saling bertukar kabar dan pengalaman hidup. Lama tak berjumpa. Kami dijamu di rumahnya, dilayani dan boleh menginap. Terima kasih!
Sepulang pesta, kami diajak jalan-jalan ke mal. Niatnya ingin mengajak anak mainan di suatu play ground. Kami senang bisa berjumpa, anak lebih senang bermain bersama.
Malamnya kami dijemput abangku marga Sumbayak menuju rumahnya. Ini destinasi berikutnya, tak kalah penting.
Sebelum menikah, aku dianugerahi jadi anggota keluarga marga Sumbayak. Lahir di Jawa, punya 'darah' Batak. Bapakku punya empat anak, dua laki dua perempuan. Jadilah aku anak kelima, si bontot.
Saat aku menikah, para abang di Jawa tidak bisa datang. Hanya dua kakak perempuan dan keluarganya yang tinggal di Sumatra.
Secara etis, harusnya aku duluan berkunjung ke rumah abang di Jakarta. Namun repot kali sehabis pesta dulu. Habis nikahan adik ipar pun begitu. Aku harus pulang duluan, anak dan istri harus tinggal lebih lama di kampung. Oppungnya biar puas main sama pahopunya (cucu).
Baru kali ini, dengan alasan pesta nikahan teman istri, kami ada kesempatan main ke rumah abang. Aku susah dapat izin lagi. Syukur pestanya pas hari Sabtu.
Senang bukan buatan, bisa ketemu kakak abang dan keluarga, meski tidak full team. Kami langsung foto dan video call dengan doli inang (kakek nenek). Mereka bahagia melihat para cucu berkumpul.
Begitulah, dari pesta nikahan teman istri kami bisa melampaui banyak destinasi. Berjumpa kakak abang, mengajak anak pertama kali naik kereta, dan liburan dengan keluarga. --KRAISWANÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H