Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #45

16 November 2023   01:20 Diperbarui: 16 November 2023   13:06 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berfoto dengan bapak-mama | dokumentasi pribadi

Minggu pagi, di kampung halaman Yanti. Sebelum ke gereja, kami sempatkan menikmati minuman hangat di teras bersama bapak. Gereja hanya berjarak 2 menit dari rumah Yanti.

Seperti gereja di kampung pada umumnya, di kampung Yanti prosesi ibadahnya sederhana. Petugas memberi salam, mengajak menyanyikan lagu, membaca Alkitab, lalu penyampaian firman Tuhan oleh pengkhotbah. Semuanya diucapkan dalam Bahasa Batak. Meksi susah, aku berusaha memahami apa yang disampaikan.

Di tengah jalannya ibadah, Bapak sekeluarga memberikan persembahan pujian. Aku? cukup mendokumentasikan dalam foto maupun video. Omong-omong, bapak punya talenta pita suara yang merdu, sehingga beliau hobi bernyanyi.

Anak-anak Sekolah Minggu tak mau kalah. Mereka, kebanyakan usia SD, dengan kompak dan percaya diri, akapela, tanpa iringan alat musik. Dan Anda tahu, Orang Batak biasanya jago bernyanyi. Judika, Lyodra, Sammy---adalah Orang Batak.

Waktu itu datang vikar (calon pendeta) Desmen dan Roles yang merupakan teman adik Yanti. Desmen diberi kesempatan bapak untuk berkhotbah. Desmen ini saat magang di kampung tinggalnya di rumah bapak. Jadi sudah dianggap seperti anak sendiri.

Selesai ibadah, dengan masih berpakaian rapi, kami berfoto bersama bapak-mama. Buat kenang-kenangan dong. Kelak akan diingat, aku pernah datang ke rumah Yanti saat masih menjadi pacarnya.

Esoknya aku dan Yanti akan kembali ke Jawa. Tak terasa seminggu lebih aku tinggal di kampung Yanti. Senang rasanya, turut merasakan atmosfer masa kecil Yanti dibesarkan sekaligus belajar budaya Orang Batak. Tapi, lama-lama dompet kering juga, hehe.

Secara dadakan, kami dan adik-adik meluncur ke daerah Pelabuhan Tigaras untuk bermain wisata air. Waktu menunjukkan jam 4 lebih. Dengan bantuan teman Yanti yang rumahnya dekat pelabuhan, kami direkomendasikan mencoba wisata air, yakni banana boat.

Berfoto dengan bapak-mama | dokumentasi pribadi
Berfoto dengan bapak-mama | dokumentasi pribadi

Jam 17.00 kami baru mulai bermain air. Ingat, ini di Medan. Jam 18.00 pun masih terang. Jujur, aku adalah kaum manusia takut air. Tak bisa berenang. Entah kenapa, demi bisa bermain dengan Yanti dan adik-adik, untuk sesaat aku lupa rasa takut itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun