Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #43

9 November 2023   23:39 Diperbarui: 10 November 2023   10:29 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas dari pantai, kami mampir ke Batak's Museum Hutabolon/ Museum Hutabolon Simanindo. Museum ini tidak terlalu luas. Berdiri di sebuah rumah adat Batak (rumah bolon). Di dalamnya disajikan beberapa perlengkapan nenek moyang Orang Batak, termasuk kain ulos yang menjadi ciri khas Orang Batak.

Isi Batak's Museum Hutabolon | foto: KRAISWAN
Isi Batak's Museum Hutabolon | foto: KRAISWAN

Di sekitar museum terdapat teater terbuka yang 'dipagari' beberapa rumah bolon. Melihat arsitektur rumah adat Orang Batak ini aku dibuat kagum. Di zaman pra-teknologi, Orang Batak bisa membangun rumah semegah ini. Bahan dasarnya sebagian besar dari kayu, tidak ada menggunakan satu pun paku.

Dekorasi luarnya berupa ukiran yang dicat dengan kombinasi warna merah, hitam dan sedikit putih. Menawan!

Bapak, mama, Yanti dan adik-adik | dokumentasi pribadi
Bapak, mama, Yanti dan adik-adik | dokumentasi pribadi

Biasanya, di teater terbuka ini ada live performance tarian adat Batak. Sayang, saat kami datang tidak pas waktu pertunjukan. Pasti menarik bisa menonton pertunjukan langsung tarian adat Batak.

Berfoto di depan rumah Bolon (prewed?) | dokumentasi pribadi
Berfoto di depan rumah Bolon (prewed?) | dokumentasi pribadi

Di sekitar museum juga terdapat makam para keluarga pendahulu kampung (sepengetahuan Yanti). Makam Orang Batak tidaklah semenyeramkan namanya seperti halnya di Jawa. Makam di sini didesain sedemikian hingga menyerupai rumah. Alih-alih seram, justru kesan rapi, elok dan indah yang ditampilkan. Tentunya dengan biaya pembangunan dan perawatan yang tidak murah. Uniknya kebudayaan Indonesia!

Makam pendahulu kampung di Museum Hutabolon Simanindo | dokumentasi pribadi
Makam pendahulu kampung di Museum Hutabolon Simanindo | dokumentasi pribadi

Setelah puas berkunjung, kami segera melanjutkan perjalanan. Harus segera menuju pelabuhan supaya tidak ketinggalan kapal. Jarak museum ke Pelabuhan Simanindo sudah dekat, cukup 5 menit dengan motor. Jalan-jalan kali ini cukup memuaskan. Sekali dayung tiga pulau terlampaui. Satu perjalanan bisa mengunjungi beberapa tempat wisata menyeberangi Danau Toba dan menginjak Pulau Samosir. Sambil berkenalan dengan keluarga Yanti juga bisa mengunjungi tempat wisata di sekitar Danau Toba. --KRAISWAN 

Referensi: 1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun