Pasca diumumkannya Gibran sebagai bacawapres Prabowo, timbul banyak respons di masyarakat. Paling banyak adalah respons kaget, tidak percaya dan tidak habis pikir. Gibran yang katanya akan tegak lurus PDIP sebagai 'rumah'nya, dengan mudahnya melenggang ke Prabowo---sosok yang berseberangan dengan PDIP.
Salah satu politisi senior PDI Perjuangan, Adian Napitupulu, dalam beberapa kesempatan ditanya bagaimana responsnya terhadap Gibran. Dalam talk show di TV One (25/20/2023) misalnya, Adian berujar, Megawati sudah sangat murah hati pada Jokowi dan anak-anaknya. Ada yang datang mau jadi walikota, minta rekomendasi dikasih (dua kali). Minta rekomendasi jadi gubernur, dikasih lagi. Minta rekomendasi jadi calon presiden, dua kali dikasih lagi.
Menantunya minta rekomendasi, dikasih. Anaknya minta diajukan di Solo, dikasih. Kini, putra sulungnya justru menerima ajakan bacawapres dari partai oposisi. Demikian sayangnya Megawati pada Jokowi dan anaknya.
Dengan bergabung ke Koalisi Indonesia Maju, mungkinkah Gibran seperti Malin Kundang? Tapi sampai sekarang (26/20/2023) belum ada surat pemecatan Gibran dari PDIP.
Yang menarik, Adian tak hanya membahas tentang Gibran, tapi tentang isu perpanjangan masa jabatan presiden. Ada angin apa? Apa hubungannya?
"Nah, ketika kemudian ada permintaan tiga periode, kita tolak. Ini masalah konstitusi, ini masalah bangsa, ini masalah rakyat, yang harus kita tidak bisa setujui," kata Adian.
Betulkah wacana tiga periode itu datang dari Jokowi sendiri, meski di depan media dia selalu bilang ada pihak lain yang ingin menjatuhkan citra dirinya. Nampaknya serangkaian kejadian ini menunjukkan jati diri asli Jokowi.
Menurut laporan kompas.com, ada sejumlah pejabat dan tokoh yang diduga menjadi dalang di balik isu jabatan presiden tiga periode bersamaan wacana penundaan Pemilu 2024. Tokoh-tokoh tersebut yakni Muhaimin Iskandar (Cak Imin, Ketum PKB), Airlangga Hartarto (Ketum Golkar), Zulkifli Hasan (Ketum PAN), Luhut Binsar Pandjaitan (Menko Marves)), Bahlil Lahadila (Menteri Investasi), dan M Qodari (Direktur Eksekutif Indo Barometer).
Keren ya, strategi terselubung yang dengan mudahnya dipoles dalam bingkai konstitusi.
Dalam kondisi ini, banyak pihak menilai PDIP pasti kecewa berat dengan Gibran (juga Jokowi). Adian sebagai representasi PDIP ditanya perasaannya, apakah kecewa juga?
Di luar nalar jawabnya. "...Gue enggak mikirin Gibran. Gibran aja enggak mikirin kita, ciee," candanya. Adian dan PDIP hanya punya 111 hari ke depan untuk memenangkan Ganjar-Mahfud. Tidak ada waktu untuk penyesalan atau baper-baperan. Adian sudah jadi aktivitis sejak muda, dan berpolitik cukup lama. Jadi tidak ada waktu buat baperan.