Anak SD berani-beraninya menusuk mata temannya, bahkan melompat dari lantai 4. Tidak wajar. Sebaiknya, anak SD tidak diberikan HP pribadi agar tidak ‘keracunan’ media sosial. Untuk anak muda, sebaiknya batasi aktivitas di media sosial. Kembali ke tradisi mengobrol tatap muka lebih baik untuk mencegah tekanan mental.
2. Rutin bercerita pada orang yang dipercaya
Berkaca dari kasus mahasiswa UNNES, orang tua perlu membangun komunikasi yang intens dengan anak. Orang tua harus aktif membuka komunikasi dengan pendekatan yang tidak menghakimi atau mendiskriminasi anak.
Bagi Anda orang dewasa, temukan komunitas atau orang yang dapat dipercaya untuk bercerita. Tidak punya orang dipercaya? Saat ini ada jasa sleep call, semacam curhat sebelum tidur melalui panggilan telepon. Di Instagram, ramai yang bisa menawarkan jasa ini.
Gampangnya begini, Anda bisa cerita apa pun kepada orang yang tidak dikenal via telepon, dan membayar biaya jasanya. Daripada tertekan tidak tahu mau bicara dengan siapa kan?
3. Lakukan olahraga atau aktivitas bernuansa alam
Olahraga atau aktivitas bernuansa alam sangat bermanfaat bagi kesehatan jasmani, maupun mental. Misalnya joging, tracking, hiking ke gunung atau air terjun.
Media sosial mengurung kita di dunia maya. Kita bisa saja tersesat di dunia nyata. Jika kita mendekat pada alam kita menghirup udara segar, melihat pepohonan rindang, air gemericik, mendengar kicau burung nan merdu. Kita bakal mensyukuri hidup yang Tuhan anugerahkan, betapa pun berat masalah menerpa.
***
Anda punya masalah berat dan tidak tahu mau cerita ke siapa? Jangan gegabah, coba terapkan tiga tips di atas. Semoga kita senantiasa sehat jasmani dan rohani! –KRAISWANÂ