Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Di Era Digital, Anak Muda Darurat Gangguan Mental

15 Oktober 2023   00:17 Diperbarui: 15 Oktober 2023   16:01 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komentar negatif dari orang lain tentang kita meninggalkan luka bak paku yang menancap di kayu. Komentar itu dilihat orang lain, lalu mereka ikut menambah komentar yang juga negatif. Paku tertancap itu terkena air hujan, lalu berubah menjadi karat yang menggerogoti paku dan membusukkan kayu.

Betapa rapuhnya interaksi di media sosial. Rapuh juga mental kita dibuatnya. Jika tidak kuat dengan komentar negatif jadi stres, merasa di-bully, ujungnya b*nuh diri. Mengerikan. Para artis korea banyak mengalaminya. Kulit putih, hidung mancung, dan bakat cemerlang tidak membuat mereka tahan kritikan. Mentalnya kena.

Kenapa anak-anak muda kita juga bisa mengalami kelainan mental?

Lagi-lagi, internet menjadi ‘tersangka’. Sebenarnya internet sebagai infrastruktur digital tidak salah. Namun, ada pihak yang menyalahgunakan internet untuk menampilkan, dan mempropagandakan konten-konten yang negatif. Selain dari lingkungan, pertemanan dan keluarga, anak menyerap dan mempelajari apa yang dilihar dari media sosial dan film.

Konten tersebut ditonton berulang-ulang oleh anak-anak muda, bahkan anak SD. Mereka menyerap begitu saja apa yang ditonton lalu mempraktikkannya, tanpa berpikir panjang akibatnya. Bisa melukai orang lain, bahkan diri sendiri.

Di sisi lain, banyak kasus bullying atau tindak kenakalan anak dianggap sepele karena masih anak-anak. Persepsi semacam ini yang membuat bullying ‘abadi’ di lingkungan sekolah.

Tak hanya di kalangan anak-anak, kelainan/ gangguan mental juga dialami oleh orang dewasa. Youtuber Pyo Ye Rim meninggal di Waduk Seongjigok, Korea Selatan. (10/10/2023) Di Korea Selatan, hampir 40 ribu warga bunuh diri dalam 3 tahun terakhir (2020-2022), lebih tinggi dari korban Covid-19. Ngeri.

Seorang mahasiswa (NZ) UNNES Semarang meninggal karena melompat dari lantai 4 Mal Paragon Semarang. Polisi menemukan selembar kertas berisi pesan permintaan maaf pada ibunya. NZ mengaku, mengakhiri hidup karena tidak kuat menanggung beban dan merasa mengecewakan orang tuanya.

dr Khamelia Malik dari Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyebut, banyak anak muda melakukan percobaan bunuh diri dan melukai diri sendiri. Hal ini dipicu sulitnya menahan impulsivitas/ spontanitas yang tak bisa dikendalikan. Banyak pasien menganggap, bunuh diri adalah satu-satunya jalan keluar atas masalah yang dihadapi.

Bagaimana cara agar tidak mengalami gangguan mental?

1. Batasi aktivitas di media sosial

Meski bermanfaat, media sosial juga banyak berdampak negatif. Terlalu banyak konten yang merusak, yang bisa menyebabkan kelainan mental, bahkan sampai tindakan bunuh diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun