Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #39

19 September 2023   12:35 Diperbarui: 22 September 2023   13:44 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengobrol dengan keluarga Yanti | foto: KRAISWAN

Pulau kelima yang Kris pijak setelah Jawa, Bali, Lombok, dan Gili Trawangan adalah Sumatra. Aku hampir tak percaya, setelah bertahun-tahun akhirnya bisa bersisian naik pesawat dengan sang kekasih.

Perjalanan kali akan berbeda. Selain antarpulau, perjalanan kali ini dalam misi menghadap calon mertua. Bukan acara resmi seperti lamaran. Sekedar untuk berkenalan dengan orang tua Yanti. Setidaknya Yanti sudah pernah berkenalan dengan keluarga Kris.

Aku panik, cemas, dan grogi. Sebab, pacaran saja belum pernah. Sekalinya pacaran, harus berkenalan dengan orang tua pacar, jauh pula sampai ke Medan.

Bulan Juni 2019, aku ke kampung halaman Yanti di Sumatra. Aku lebih dulu ke kos pacarku di Jakarta, dari sana kami akan berangkat bareng. Dari tabungan yang terkumpul, kami pakai dulu untuk perjalanan ini. Untuk transportasi, akomodadi, dan... oleh-oleh.

Meski ada cukup uang tabungan untuk biaya pulang kampung, masalah tak lantas selesai. Sejak pulang dari Lombok (November 2018), HP-ku tak lagi kapabel buat memperbarui aplikasi. Beli baru? Berat, karena harus menabung untuk menikah. Itulah sebabnya aku paling malas kalau bepergian ke luar kota. Tidak bisa pesan Gojek pakai HP.

Dari stasiun Pasar Senen ke kos Yanti, jam 3 subuh, aku dipesankannya Gojek. Bonus keluhan dari abang Gojek karena aplikasi yang sering eror. "Ke Jalan Mawar ya, Bang?", tanya si abang. "Yoi, Bang." balasku. Abangnya langsung membawaku melesat.

Abangnya merasa sudah tiba di Jalan Mawar, tapi di mana kosan pacarku? Rupanya, abang Gojeknya mengantarku ke Jalan Mawar di Jakarta Pusat, sedang kosan pacarku di Jakarta Barat. Disebabkan sistem eror, abang itu memakai instingnya.

Esok hari, kami terbang dari Bandara Internasional Soeta ke Bandara Silangit, Sirube-rube, perjalanan kurang lebih 90 menit. (Ada dua bandara di Medan, Sumatra Utara, yakni Bandara Kualanamu dan Silangit.) Kami tiba di Bandara Silangit sekitar pukul 12.00 WIB.

Tiba di bandara Silangit | foto: KRAISWAN
Tiba di bandara Silangit | foto: KRAISWAN

Bersyukur, kami dijemput keluarga Tulang Tesa. Mereka sudah tiba lebih dulu, menunggu di parkiran. Meski tidak sejauh perjalanan dari Bandara Kualanamu, dari Silangit belum tersedia transportasi umum. Jika tidak memakai kendaraan pribadi repot. Dari Silangit ke rumah camer (calon mertua) kurang lebih empat jam.

Lagi, aku masih belum percaya. Seorang anak kampung yang disuruh berbicara di depan kelas saja seperti mau kencing rasanya. Kini, menginjak tanah Sumatra, hendak menikahi gadis Batak. Terima kasih untuk kesempatan ini, Tuhan.

Tulang mengajak kami makan siang di salah watu warung Babi Panggang Karo (BPK) di Jl. Sisingamangaraja Labuboti. Wah, dapat kesempatan juga merasakan masakan di tempat asalnya! Rasanya? ENAK.

Mampir makan di warung BPK | foto: KRAISWAN
Mampir makan di warung BPK | foto: KRAISWAN

Jalanan di Sumatra Utara (secara umum di Pulau Sumatra juga) ini masih sempit dan banyak berlubang. Padahal dilalui banyak truk dan bis lintas provinsi. Danau Toba yang ditetapkan sebagai destinasi wisata prioritas oleh Presiden Jokowi tidak otomatis membuat infrastrukturnya menjadi bagus.

Berbeda dengan di Jawa, rumah-rumah di Sumatra Utara dibangun dengan arsitektur yang unik. Salah satunya yakni atap rumah Gadang yang mirip perahu. Makam orang Batak juga berbeda dengan orang Jawa yakni di tempat pemakaman umum. Mereka menguburkan jenazah nenek moyang di dekat rumah atau ladangnya. Sebab, ladang orang Batak masih sangat luas.

Rumah orang Batak dengan arsitektur yang unik | foto: KRAISWAN 
Rumah orang Batak dengan arsitektur yang unik | foto: KRAISWAN 

Makam orang Batak yang unik, berada di tengah ladang | foto: KRAISWAN
Makam orang Batak yang unik, berada di tengah ladang | foto: KRAISWAN

Atap makamnya juga berbentuk seperti perahu. Orang Batak meyakini, meski sudah meninggal roh nenek moyang masih dekat bersama mereka. Maka, makamnya juga dibuat seperti rumah. Didesain khusus, dicat dan dirawat. Mungkin ini sebab, tidak ada kesan seram melihat makam orang Batak.

Kami tiba di rumah orang tua Yanti sekitar pukul 19.00 WIB. Aku segera berkenalan dengan si bungsu yang lalu membantu kami mengangkat barang-barang. Lalu bersalaman dengan mama dan adik Yanti nomor dua. Bapak masih belum pulang dari ladang.

Begini rasanya pulang kampung dari merantau. Senang bisa kembali berjumpa dengan keluarga dalam keadaan sehat. Saling mengobrol, berbagi kabar dan bercerita. Tulang Tesa dan keluarga menginap di rumah.

Mengobrol dengan keluarga Yanti | foto: KRAISWAN
Mengobrol dengan keluarga Yanti | foto: KRAISWAN

Sambil mengobrol, kami menikmati oleh-oleh yang kami bawa dari Jawa. Meski hanya berupa keripik atau sepotong kue, oleh-oleh ini dinantikan oleh keluarga---selain tentu saja kondisi yang sehat. Jam 19 lewat, bapak Yanti pulang. Aku langsung bersalaman, dan sontak bapak memelukku layaknya anaknya. Senang rasanya. Akhirnya bisa bertemu langsung dengan bapak di tanah Sumatra.

Orang Batak suka berkumpul. Sambil mengobrol, biasanya kaum bapak-bapak merokok ditemani tuak. Umumnya, mereka juga mengunyah daun sirih. Aku ingin tetap menimbrung sebenarnya. Namun ada beberapa kendala. Pertama, tidak tahu bahasa Batak. Kedua, aku lelah dan ngantukan. Jadi aku pamit untuk istirahat lebih dulu. Hari masih panjang untuk liburan di Sumatra.

Di mana aku akan tidur?

Prinsipnya tetap, selama belum menikah, kami tidak akan tidur dalam satu kamar. Aku tidur dengan si bungsu (laki-laki), Yanti tidur dengan adiknya nomor dua.

Liburan kali ini akan panjang dan menantang. Aku ingin mengeksplorasi tempat wisata di sekitar Danau Toba (dekat rumah Yanti) bersama Yanti dan keluarganya. Siapa sangka, aku perlu berkenalan dengan keluarga besar Yanti di kampung yang lain. --KRAISWAN 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun