Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Guru Memotong Rambut Siswa, Mendisiplin atau Mempermalukan?

12 September 2023   15:28 Diperbarui: 12 September 2023   15:33 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru punya tugas dan kewenangan untuk mengajar dan mendidik siswa, termasuk dalam kerapian penampilan.

Penampilan siswa, sebagai kaum terpelajar, harusnya rapi, bersih, dan sopan. Kerapian ini meliputi rambut. Orang yang berpenampilan rapi pasti rajin memotong rambut. Kerapian juga menjadi salah satu cara menghormati orang lain. Orang akan senang dan nyaman melihat penampilan rapi.

Jika murid berrambut panjang (bagi laki-laki) dan tidak rapi, harusnya guru mengingatkan dan menegur. Perlukah guru memotong rambut siswa? Apalagi mencukurnya asal-asalan.

Viral beredar video di media sosial, guru SMA memotong rambut siswi berhijab saat razia di sekolah. Aksi guru ini menuai pro-kontra warganet. Tak sedikit yang memberi kecaman karena dianggap berlebihan. Tak sedikit pula yang membela.

Video dibagikan sebuah akun Twitter simbok_dharmi maupun di Instagram @memomedsos. Saat sang guru memotong rambut siswi, terlihat siswa lainnya tertawa. Mereka hanya bisa menonton aksi guru tersebut.

Aksi ini termasuk perundungan. (merundung KBBI: menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis, dalam bentuk kekerasan verbal, sosial, atau fisik). Kalau mau menegakkan disiplin pada murid, harusnya murid lain tidak boleh tertawa. Sebab tindakan ini melukai secara psikis.

Nampak siswi berjilbab itu rambutnya terurai panjang, tak semua tertutup jilbab. Diduga hal inilah yang menjadi alasan guru SMA melakukan pemotongan rambut. Namun, tidak ada keterangan kapan dan di mana aksi pemotongan rambut itu dilakukan.

Akun Twitter melaporkan kejadian tersebut kepada Kemendikbud, Kemenag hingga Humas Polri. "Yth @Kemdikbud_RI @Kemenag_RI @DivHumas_Polri mohon dikondisikan tenaga pengajar ini dan di purna tugaskan Karena bersikap tidak sesuai dengan aturan jiwa seorang pendidik Terimakasih," tulisnya.

Aksi pemilik akun simbok_dharmi pun kontroversial karena mengandung muatan provokatif. Tindakan tersebut pasti ada alasan, dan diketahui banyak mata. Tidak berarti langsung dilaporkan, apalagi dipurnatugaskan.

Di Lamongan, Jawa Timur, Ibu Een dilaporkan karena mencukur rambut siswi yang tak memakai ciput. Seperti biasa, para netizen mengecaman maupun memberi dukungan.

Pencukuran rambut juga dilakukan Babinsa kepada para murid di SMP N 1 Maniis, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Kadisdik Kabupaten Purwakarta Purwanto menilai, aksi Babinsa ini sebagai bentuk kepedulian kepada anak-anak agar bisa berubah tingkah lakunya dari melanggar aturan menjadi disiplin.

Apa hubungannya bentuk rambut dengan perubahan tingkah laku? Siswa yang rambutnya rapi, tapi tidak dibina karakternya, apakah tingkah lakunya otomatis baik?

Kejadian serupa juga terjadi di Samosir, Sumatra Utara. Seorang guru berinisial JT mencukur rambut sejumlah siswa SMP N 1 Sianjur Mulamula. Kejadiannya saat pelajaran olahraga (Selasa 5/9/2023). JT mencukur habis bagian atas kepala 8 siswa, namun menyisakan rambut bagian samping. Para siswa pun mengadukan hal ini pada orang tuanya.

Kejadian ini bermula saat JT melakukan razia kerapian penampilan. JS, salah satu siswa berambut panjang, langsung dibotaki bagian atas kepalanya. Sang siswa menjadi malu dan pulang sambil menangis serta mengadukan pada orang tuanya.

Ini mau mendisiplin atau mempermalukan?

MP (ibu JS) menjadi kesal dan marah atas perbuatan oknum guru terhadap anaknya. Tindakan ini disebut dapat merusak mental anak. MP menyayangkan tindakan guru yang langsung memangkas rambut anaknya asal-asalan tanpa ada teguran lebih dulu.

Esoknya, MP harus mengantar ke sekolah, karena anaknya menjadi malu. Akhirnya, JT meminta maaf langsung kepada orang tua siswa. Saat dimintai klarifikasi, JT mengaku memotong rambut siswa dengan bentuk tidak wajar untuk mendisiplin. Tindakan yang menyebabkan malu bukanlah disiplin sama sekali.

Guru di Samosir mencukur rambut siswa sampai setengah botak | foto: TRIBUN MEDAN/HO via kompas.com
Guru di Samosir mencukur rambut siswa sampai setengah botak | foto: TRIBUN MEDAN/HO via kompas.com
Kedua belah pihak telah sepakat saling memaafkan dan guru JT membuat surat pernyataan kepada siswa dan keluarganya. Dinas Pendidikan Samosir juga telah turun tangan untuk menyelesaikan kasus ini.

Dari viralnya kasus guru memotong rambut siswa, bagaimana kita menyikapinya?

1) Pastikan sumber dan latar belakangnya

Media sosial menjadi jagat tanpa batas untuk mengakses informasi, gambar atau video. Sayangnya, keterbukaan ini menjadi celah beredarnya berita bohong (hoaks) maupun ambiguitas.

Seperti video yang dibagikan simbok_dharmi, tidak ada keterangan waktu dan tempat. Oleh siapa dan apa tujuan video tersebut diunggah? Apakah pihak sekolah sudah memberi teguran sebelum memotong atau belum, tidak jelas.

Potongan video tanpa keterangan informasi hanya menimbulkan kegaduhan dan kedangkalan wawasan. Siapa tahu itu video lama dan kasusnya sudah diselesaikan secara kekeluargaan.

2) Tidak provokatif

Pada banyak kasus, memviralkan suatu kejadian memang efektif agar keadilan ditegakkan. Bima Tiktok Lampung, misalnya. Tapi, tidak boleh provokatif seperti simbok_dharmi.

Dalam unggahannya di Tiktok, simbok_dharmi meminta guru yang memotong rambut siswa dipurnatugaskan. Kalau simbok tidak tahu jelas kronologi dan latar belakangnya, tidak usah memprovokasi masyarakat. Pihak sekolah dan dinas pendidikan yang punya kewenangan untuk itu.

3) Guru punya orotitas, tapi orang tua berhak mendapat klarifikasi

Guru punya otoritas untuk mendisiplin siswa, dari sikap hingga penampilannya. Kalau siswa rambutnya panjang dan dibiarkan, bisa jadi guru tidak menjalankan tugasnya.

Khusus siswa di Sianjur Mulamula Samosir, jelas mengalami diskriminasi. Sebab rambutnya dipotong asal, dibotak sebagian, menyebabkan malu dan mengganggu perkembangan mental. Apalagi sang guru mengaku sengaja melakukan hal itu dengan alasan mendisiplin.

Meski sudah diselesaikan secara kekeluargaan, guru terkait juga pantas mendapat disiplin dari pihak sekolah. Supaya kejadian serupa tidak terulang.

***

Kejadian ini takkan viral kalau tidak ada yang memvideokan dan mengunggahnya. Satu sisi, dengan unggahan di medsos bisa mencelikkan jiwa. Tapi, di sisi lain kita harus bijaksana menanggapinya. Pastikan latar belakang dan kronologinya.

Guru dipercaya untuk mengajar, mendidik serta mendisiplin murid. Sejauh tindakannya sudah sesuai SOP (sosialisasi, teguran, dll), guru tidak bisa disalahkan. Tapi jika ada kesewenang-wenangan, kita sebagai orang tua dan masyarakat berhak mengklarifikasi demi tercipta keadilan. --KRAISWAN 

Referensi: 1, 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun