Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Polusi Udara di Jakarta: Gegara Kendaraan Bermotor atau PLTU?

24 Agustus 2023   01:16 Diperbarui: 24 Agustus 2023   09:50 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prakiraan indeks kualitas udara (AQI) Jakarta. Foto: AQI

Siti menepis dugaan polusi udara karena adanya PLTU Suralaya di Cilegon, Banten. "Tidak tepat sebab hasil analisis pemantauan 2019 menunjukkan pergerakan pencemaran ke Selat Sunda bukan ke Jakarta," katanya dalam Rapat Terbatas Kabinet, Senin, 14/8/2023.

Memangnya angin tidak berhasrat bertiup ke Jakarta, Bu?

Ide apa lagi? Mewajibkan seluruh warga beralih kendaraan publik? Para pengusaha mobil takkan tinggal diam. Lalu bagaimana nasib pemilik jalan tol jika begitu.

Melansir katadata.co.id, asap knalpot bukan satu-satunya sumber polusi. Jakarta dikelilingi 418 fasilitas industri dalam radius 100 km, di mana 136 di antaranya beremisi tinggi. Di Jabodetabek 240 ribu ton sampah dibakar tiap tahun. Jumlah ini sama dengan 12,6 juta ton CO2/tahun (hampir setara pembakaran hutan di Kalimantan pada 2021).

Yang agak masuk akal adalah ide Jokowi, yakni pindah ke IKN di Kalimantan Timur. Meski sejak awal penetapannya sudah ada penolakan dari berbagai pihak. Beban Jakarta sudah terlalu berat. Polusi udara, air, kemacetan dan banjir yang tiap tahun makin sulit ditangani. Jika ibu kota pindah, harapannya penduduknya tidak hanya terpusat di Jakarta. Artinya polusi tidak akan separah saat ini.

Penutup

Yang jelas, makin tinggi intensitas manusia memakai produk teknologi, selalu ada polusi dan dampak negatif yang harus diterima. Pindah ke IKN pun tidak jaminan bebas polusi. Kiranya dari setiap ide solusi bisa diterapkan yang paling efektif dan minim risiko. --KRAISWAN 

Referensi: 1, 2, 3, 4, 5

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun