Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meski Tak Juara Satu, Berusaha Terus Melaju

21 Agustus 2023   03:05 Diperbarui: 24 Agustus 2023   09:52 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lomba memasukkan pensil dalam botol | foto: KRAISWAN

Malam itu juga, hanya dalam waktu satu minggu cetak biru untuk malam tirakatan jadi. Keren, kan?

Lomba memasukkan pensil dalam botol | foto: KRAISWAN
Lomba memasukkan pensil dalam botol | foto: KRAISWAN

Semua sie bekerja sesuai bagiannya. Sie acara berbelanja kebutuhan lomba, hadiah, dan doorprize. Bendahara mendatangi tiap rumah warga demi mengedarkan proposal. Sekretaris membuat undangan. Sie perkap menyewa panggung. Sie pubdekdok mendesain dan mencetakk MMT. Persatuan Indonesia.

Syukurnya, jalan di RT kami bukanlah jalan utama, di mana 70% warganya adalah RT kami. Sehingga kami leluasa membuat acara meski harus menutup jalan.

Perlombaan, menggambarkan semangat perjuangan

Hari H. Kami yang kantoran biasa pulang jam 3. Aku masih harus belanja beberapa perlengkapan sepulang dari kantor. Karena serba dadakan tadi.

Hampir jam 4 aku tiba di rumah. Segera ganti baju dan bergabung dengan tim perkap yang sudah berkerja sejak jam 2 siang. Panggung ditata, lampu dipasang, sound system dicek.

Anak-anak mulai berdatangan, tak sabar ingin memperjuangkan kerupuk yang digantung di atas tali rafia untuk dilumat dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Ada sekitar 20 anak yang bergabung. Itu pun belum semua, karena ada yang sudah kuliah, ada yang sakit, maupun agenda yang lain.

Lomba pertama: memasukkan pensil dalam botol. Pensil diikat dengan tali kasur di pinggang peserta. Ketinggian ujung pensilnya kurang lebih selutut, jadi mereka harus sedikit berjongkok sebagai bentuk perjuangan.

Peserta berbaris di ujung jalan, sedang botolnya di ujung yang lain. mereka harus berlari menuju botol yang sudah disediakan. Meski kelihatan sepele, tidak mudah untuk memasukkan pensil dalam botol. Yang badannya besar belum tentu jadi yang pertama. Yang kelihatan kecil malah kadang duluan.

Lomba kedua: makan kerupuk. Lomba ini tidak kalah seru meski mengandung sejarah kelam. Tahun 1930 sampai 1940-an, kerupuk menjadi penyelamat sekaligus simbol keprihatinan masyarakat kaum bawah. Di era tanam paksa itu, masyarakat hanya punya tepung singkong. Mereka mengolah, mencetak, menjemur dan menggorengnya hingga menjadi kerupuk sebagai pendamping nasi. (kompas.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun