Lima ditambah dua, dibagi 5000 hasilnya lebih dari 12. Kok bisa...?
Betapa penting menjalani gaya hidup sederhana dan tidak menghamburkan uang untuk benda, atau hal yang tidak penting. Sebab, banyak kejadian tak terduga bisa terjadi kapan pun.
Dalam tiga bulan ini, aku dan istri harus menguras tabungan. Pulang kampung untuk nikahan adik di Sumatra, merenovasi rumah, ditambah lagi HP-ku mati total. Akibatnya, satu minggu lebih aku beraktivitas tanpa HP, dan ujungnya harus membeli yang baru. Itu setelah belanja harian, susu anak dan popok.
Kondisinya istriku mengurus rumah tangga sambil mengerjakan bisnis rumahan. Aku yang menjadi pencari nafkah utama. Perlu setidaknya tiga tahun menabung untuk biaya pulang kampung. Baru saja 'menyalakan bara', sudah ada daftar yang perlu biaya.
Uangnya dari mana?
***
Di Alkitab, banyak kejadian supranatural di luar akal. Sering kali, hukum matematika tidak berlaku. Misalnya, (5 + 2) : 5000 = >12. Lima ditambah dua, dibagi 5000 hasilnya lebih dari 12. Anda bingung? Mari saya ceritakan.
Seorang pria berusia 30-an, bersama 12 muridnya mengajar dan melakukan banyak mujizat untuk orang-orang. Setelahnya mereka ingin menyendiri untuk beristirahat. Mereka pergi dengan naik perahu.
Namun, orang banyak itu belum ingin berpisah dari si pria dan para muridNya. (Aku membayangkan euforianya seperti orang nonton konser musik.) Melalui jalan darat, orang banyak mendahuluinya di tempat tujuan.
Pria ini pun lanjut mengajar orang banyak itu tentang banyak hal. Hari pun mulai malam, tapi orang-orang itu sepertinya lupa jalan pulang. Padahal mereka mengejar Yesus karena ingin mendapat berkat.
Para murid menyarankan supaya Yesus meminta mereka pulang untuk membeli makan di desa dan kampung terdekat. Namun, sang guru justru memberi perintah yang berlawanan dengan akal sehat. "Kamu harus memberi mereka makan!", kata Yesus pada para muridNya.
Bisa Anda bayangkan, berapa banyak warung yang harus mereka datangi (dalam jarak yang tidak dekat) untuk membeli makanan bagi orang banyak itu? Atau, haruskah mereka menyalakan api dan memasak?
Ada seorang anak yang memiliki lima roti dan dua ikan. Tapi apa artinya bagi orang sebanyak itu? Belum kekacauan yang mungkin terjadi karena saling berebut remahan.
Yesus meminta orang banyak itu duduk berkelompok di atas rumput yang hijau. Ia mengambil roti dan ikan itu, menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikan kepada para murid supaya dibagikan kepada orang banyak itu. Demikian juga dilakukannya dengan kedua ikan itu.
Orang banyak itu makan sampai kenyang. Orang pun mengumpulkan potongan roti itu dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan. Yang makan itu terhitung kira-kira 5.000 orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak-anak.
(5 + 2) : 5000 = >12. Anda sudah paham?
***
Dalam hidup ini memang ada banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Entahkah kebutuhan jasmani, rohani, intelektual, maupun sosial-emosional. Kita menganggap jika semua daftar itu dipenuhi, artinya kita diberkati. Tapi, jangan sampai kita memuja berkat itu.
Ada ilustrasi menarik. Seorang Ibu pulang dari belanja membawa banyak barang. Setibanya di rumah, anaknya bahagia bukan main. "Akhirnya, ibu pulang!" Si anak dengan semangat membantu membongkar barang belanjaan ibunya. Tapi, senyum tetiba lenyap dari mukanya. Tidak ada oleh-oleh untuknya. Si anak pun bersedih.
Sumber kebahagiaan anak bukan pada ibunya (sumber berkat) yang pulang dari belanja---yang melahirkan, merawat dan membesarkannya. Melainkan oleh-oleh, suatu benda (berkat) yang dia sukai.
Ternyata ibunya membelikan oleh-oleh dan ditaruh di tas yang lain. "Mama sayang pada adik, makanya mama belikan oleh-oleh." Kata mamanya, sambil memberikan sekantong oleh-oleh. "Apakah adik juga sayang pada Mama?" Si anak mengangguk. "Bolehkah Mama minta oleh-olehnya?" Si anak pun memberikan oleh-oleh itu, tapi hanya satu biji.
Seberapa kita seperti anak tersebut yang berfokus pada berkat, bukannya sumber berkat...? Dari kisah lima roti dan dua ikan di atas kita bisa belajar 3 poin penting.
1) Allah adalah sumber berkat
Allah Sang Pencipta Bumi dan seluruh alam semesta adalah sumber berkat. DariNya semua sumber pendukung kehidupan kita, temasuk nafas. Berkat sebanyak dan sebesar apa pun, bukanlah Tuhan. Fokus hidup kita harusnya pada sang sumber berkat, bukan pada berkat (materi).
2) Tuhan memakai 5 roti dan 2 ikan
Kita sering berpikir, tunggu sampai besar dulu baru bisa menjadi berkat. Padahal, dari seorang anak kecil yakni 5 roti dan dua ikan Tuhan bisa pakai untuk menjadi berkat.
Bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi maukah yang sedikit dalam hidup kita dipakai Tuhan untuk menjadi saluran berkat? Dasarnya adalah hati yang mau dan rela untuk memberi.
3) "Kamu harus memberi mereka makan!"
Sebagai pencipta hukum yang tidak masuk akal manusia, Tuhan juga suka memberi perintah yang tidak masuk akal. Di suatu tempat terbuka yang jauh dari warung makan, diikuti ribuan orang, Yesus justru memerintahkan para murid untuk memberi orang banyak itu makan.
Yesus ingin para murid punya kepedulian dan berbagi pada orang lain. Jika ada yang kurang berpengetahuan, ya diajar. Ada yang kelaparan, ya diberi makan.
Kembali ke soal menguras tabungan. Jika dihitung, tidak mungkin dengan kondisi keuangan kami bisa melakukan renovasi rumah, bahkan harus membeli HP baru. Dengan mengingat ketiga prinsip itu kami hidup dalam pemeliharaan Tuhan.
Fokusnya bukan pada berkat, berlimpah-limpah atau kekurangan, melainkan pada Allah Sang Sumber Berkat. --KRAISWANÂ
Terinspirasi dari khotbah seorang pendeta di gereja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI