Kita harus bekerja keras sampai mati-matian.
Kebanyakan kita sering mendengar slogan itu. Dengan bekerja keras, bahkan sekeras-kerasnya, harapannya akan mendapat uang yang cukup untuk membahagiakan keluarga. Jalan-jalan ke tempat indah---luar negeri kalau perlu, makan enak di restoran, membeli barang-barang mewah, dan sebagainya.
Kalau pun belum berkeluarga, tetap bisa membahagiakan orang tua dan diri sendiri.
Saking kerasnya bekerja, orang sampai hampir mati dibuatnya (konotasi). Mati-matian istilahnya. Tapi apa jadinya kalau bekerja terlalu keras, lalu beneran (maaf) mati (denotasi)? Alih-alih membahagiakan keluarga, justru bisa meninggalkan duka.
Hidup, mati, jodoh, rezeki; semua di tangan Tuhan. Betul. Tapi manusia juga bertanggung jawab mengusahakan dan menjaga keselamatan diri. Kematian sendiri datang bak pencuri, tak seorang pun mengetahuinya.
Ada beragam penyebab kematian. Entahkah karena penyakit, kecelakaan, bencana alam maupun pembunuhan. Semua pasti berduka atas kematian orang yang dikasihi. Apalagi jika kematiannya terjadi saat melakukan pekerjaan.
Ada beberapa orang yang meninggal penyebabnya tidak jauh dari profesi yang digelutinya. Pertama-tama, kita turut berduka atas berpulangnya mereka. Mungkin, ini yang disebut bekerja sampai mati.
Salah satu pemain film Fast and Furious, Paul Walker (40), meninggal pada 30 November 2013. Dilansir dari Guardian, kejadian ini terjadi setelah Paul jatuh dengan kecepatan lebih dari 100 mph (160 km/jam) dalam mobil Porsche Carrera GT di Los Angeles.