Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ekstrem! Ponpes di Magetan Berencana Adakan Ekstrakurikuler Airsoft Gun

31 Juli 2023   23:37 Diperbarui: 31 Juli 2023   23:50 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santriwati Ponpes di Magetan membawa airsoft gun | foto: Istimewa via detik.com

Bukan sekali dua, dunia pendidikan di Indonesia menuai kontroversi. Baik pendidikan reguler, maupun ponpes (pondok pesantren).

Viral di media sosial, 6-7 santriwati Ponpes Baitul Qur'an Al Jahra Magetan berfoto membawa airsoft gun. Selain memegang senjata laras panjang, keenam santriwati di foto juga mengenakan semacam rompi antipeluru.

Sedang latar belakang fotonya adalah area persawahan dan tampak bangunan sebuah masjid, dekat area ponpes. Salah satu pengurus ponpes, Isgianto, menjelaskan bahwa santriwati dalam foto itu adalah peserta simulasi ekstrakurikuler baru.

Ponpes Al Jahra memang berencana menjadikan kegiatan menembak dengan airsoft gun yang disimulasikan saat MPLS sebagai ekstrakurikuler. Berikut ini fakta penjelasan pihak ponpes dirangkum dari detikJatim.

1) Foto diambil saat MPLS

Foto keenam santriwati yang viral merupakan salah satu kegiatan pada hari terakhir MPLS di ponpes yang menggandeng pihak ketiga, tepatnya pada 15 Juli 2023. Mereka yang ada di foto adalah peserta simulasi kegiatan menembak dengan airsoft gun.

2) Rencana dijadikan ekstrakurikuler

Kegiatan ini merupakan simulasi kegiatan menembak yang rencananya akan dijadikan ekstrakurikuler di Ponpes Baitul Qur'an Al Jahra. Mereka yang ada di foto adalah santriwati kelas 7 dan kelas 10, santriwati baru, yang dinaungi ponpes itu.

3) Diinisiasi EO

Simulasi menembak dengan airsoft gun ini memang diinisiasi Ponpes Al Jahra yang menggandeng pihak ketiga asal Solo, yakni PT Airsoft Pelajar Indonesia beserta rekam jejaknya. Kegiatannya sama di tingkat kepolisian dan pelajar.

4) Ekskul serupa banyak di Solo

Pihak ponpes menyepakati kegiatan simulasi menembak setelah melihat rekam jejak pihak ketiga. Di profil itu memuat sejumlah kejuaraan menembak yang melibatkan instansi kepolisian dan pelajar di Solo. Profil ini yang membuat pihak ponpes yakin dan berniat menjadikannya ekstrakurikuler.

5) Ponpes tak miliki senjata

Isgianto menjelaskan, acara itu adalah bagian dari pameran ponpes di antara beberapa kegiatan yang diikuti seluruh peserta selama beberapa hari dengan menggandeng pihak ketiga. Simulasi ini khususnya bagi santri baru. Semua peralatan dari pihak ketiga, pihak ponpes tidak memiliki senjata.

6) Rencana ekskul dibatalkan

Gegara foto itu viral dan menuai kritikan dari warganet, rencana ekstrakurikuler pun dibatalkan. Selain itu, ada saran dari Polres Magetan supaya tidak melakukan ekstrakurikuler tersebut.

7) Tanggapan pengamat pendidikan

Pengamat pendidikan sekaligus mantan dosen Universitas Merdeka Madiun, Ghandi Yunita mempertanyakan maksud dan tujuan EO yang menggelar sosialisasi airsoft gun itu di acara MPLS. Ia berharap tidak ada tujuan negatif dari kegiatan ini.

"Dua kali pose foto dengan seragam berbeda mudah-mudahan hanya sekedar gagah-gagahan saja. Ide spontanitas dari sang EO artinya semoga tidak mempunyai niatan dan muatan apapun," ujar Gandi.

Ponpes Baitul Qur'an Al-Jahra Magetan yang santrinya viral menenteng airsoft gun | foto: Sugeng Harianto/detikJatim
Ponpes Baitul Qur'an Al-Jahra Magetan yang santrinya viral menenteng airsoft gun | foto: Sugeng Harianto/detikJatim

Ia juga berharap, pihak ponpes dan sekolah lebih hati-hati dalam memberikan ekstrakurikuler kepada siswa. Gandhi mengapresiasi pihak Polres yang bertindak cepat atas kondisi ini.

Dari kejadian viral ini kita bisa belajar tiga hal penting.

1) Medsos jadi pedang bermata dua

Semua konten yang diunggah di medsos jadi pedang bermata dua. Bisa menguntungkan maupun merugikan. Misalnya foto/ video yang kita unggah di medsos bisa digunakan oleh orang jahat untuk melakukan penipuan pada teman/ keluarga kita.

Contoh lainnya mengunggah dokumen penting seperti tiket pesawat, ijazah atau dokumen lain yang berisi data pribadi. Kumpulan data tersebut menjadi kunci bagi para hacker untuk membobol privasi bahkan menguras isi rekening kita.

Dalam kasus foto santriwati yang memegang airsoft gun ini juga ada keuntungan dan kerugian. Kerugian bagi pihak PT Airsoft Pelajar Indonesia, karena batal dilakukan kerja sama. Tapi keuntungan bagi murid, orang tua dan pihak ponpes. Orang tua dan anak bisa saja dirugikan karena penyalahgunaan senjata bagi anak-anak.

Lembaga sekolah, apalagi ponpes yang terkenal eksklusif harusnya lebih selektif dalam mengadakan ekstrakurikuler. Kalau salah pilih, bisa merugikan pihak ponpes. Apalagi santriwati memegang senjata laras panjang, diindentikkan dengan terorisme dan kekerasan.

2) Orang tua harus lebih perhatian

Aturan di pondok pesantren memang ketat. Orang tua tidak bisa setiap saat bertemu anak-anaknya. Meski begitu, orang tua harusnya terus memantau kegiatan dan apa saja yang diajarkan di sekolah. Kalau ada indikasi menyimpang orang tua bisa memberi kritikan dan saran.

Syukur foto enam santri itu viral di medsos dan mendapat banyak kritikan dari netizen. Bisa jadi orang tua juga baru tahu kejadian ini setelah viral.

3) Ekstrakurikuler harus lebih tepat

Ponpes sebagai lembaga penyelenggara pendidikan harusnya lebih selektif memilih jenis kegiatan ekstrakurikuler. Yakni kegiatan yang aman, tepat dan bermanfaat bagi siswa serta tidak menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Lagi pula, ekstra menembak dengan airsoft gun tersebut belum ada izin pada pihak kepolisian. Polres Magetan baru tahu karena viral di medsos.

Klarifikasi pihak PT Airsoft Pelajar Indonesia

Agus Imam Santoso, Dirut PT Airsoft Pelajar Indonesia hendak mendatangi Polres Magetan, buntut viralnya foto santriwati yang memegang airsoft gun. Airsoft gun yang dibawa 6 santriwati itu disediakan oleh penyelenggara. Alat tersebut sudah didata oleh Polda Jateng.

Airsoft ini sudah masuk cabang olahraga dan sudah ada liga baik di tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional. Airsoft juga sudah diakui Kemenpra pada 2022 sebagai cabang olahraga. Pihak Airsoft Pelajar Indonesia hendak melakukan kaderisasi seperti dilakukan di cabor lainnya. --KRAISWAN 

Referensi: 1, 2, 3, 4, 5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun