Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Susahnya Hidup Tanpa HP

29 Juli 2023   13:21 Diperbarui: 1 Agustus 2023   05:33 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hidup sekarang mustahil tanpa HP | foto: Dok. Kredivo via kompas.com

Di era digital saat ini, hidup bakal susah tanpa HP. Hampir semua aspek hidup kita bergantung pada HP.

Belanja toko online, bayarnya pakai mbanking. Perlu hiburan dan update berita, buka media sosial. Tak tahu alamat, ada Google Map. Mau kirim dokumen, via WA atau email. Mau membuat laporan, cukup Google Docs atau Spreadsheet. Cari resep masakan atau mau membetulkan saklar lampu, buka Youtube.

Bagi anak-anak, tak harus ke luar rumah berpanasan buat bermain. Bisa main game online sambil tetap terhubung dengan teman. Merantau, kangen keluarga tinggal video call.

Hidup menjadi praktis dengan HP (smartphone). Saking bergantungnya pada HP, kita tak masalah jika melewatkan jam makan. Tapi langsung panik jika sambungan internet putus, atau baterai lemah.

Menjadi guru di era digital, aku juga (hampir) mustahil dijauhkan dari HP (gadget). Meski saat ini pemakaian Google Meet tidak seintens di masa pandemi, HP tetap diperlukan untuk mendukung pekerjaan, hobi dan mengasah diri.

Sayangnya, Selasa (25/7) HP-ku rusak. Mulanya, paket dataku sudah beberapa hari habis. Di rumah ada wifi, jadi tidak masalah. Di sekolah berinteraksi langsung dengan murid maupun rekan guru. Kalau perlu membuka dokumen di grup WA, harus buka laptop supaya bisa mengunduh dan/ mencetak.

Hari itu, di sela jam mengajar aku hendak mengisi voucher paket data. Tapi sampai lima menit tidak langsung tersambung ke internet, padahal biasanya tidak selama ini. Aku putuskan untuk menyalakan ulang HP.

Anehnya lagi, aku yakin menekan tombol "restart", bukan "shutdown". Tapi Hpku tidak mau menyala. Mungkinkah aku kelelahan dan salah pencet? Aku pun menekan tombol ON/OFF, tidak mau menyala juga.

Mungkin baterainya tetiba habis (padahal masih 50%). Dengan pinjaman charger teman, aku mengecas HP sambil kembali menekan ON. Tidak mau menyala. Singkat cerita aku tanya pada teman, staf IT, dan menyarankan untuk membawa ke tempat service HP.

Sepulang sekolah aku ke tempat service yang direkomendasikan teman. Tempatnya agak di pinggiran kota, tapi masih searah jalan pulang. Setelah menceritakan kronologinya, Mas Ben---teknisi yang dimaksud---segera menghubungkan HP-ku dengan kabel ke komputernya. Tak sampai lima menit, Mas Ben kembali dengan kabar buruk.

HP-ku tidak terdeteksi sama sekali di komputer. Harus dibongkar agar tahu penyebabnya. Bisa jadi IC power, memori atau procecor. Yang terakhir ini yang paling ditakutkan, karena biayanya besar.

HP itu sudah kupakai hampir lima tahun. Meski tidak canggih, dengan kapasitas penyimpanan internal 32 gb ini masih bisa dipakai. Aku suka kameranya, meski memorinya di ujung tanduk. Buat memperbaharui aplikasi sudah megap-megap. Ingin beli baru, dompet belum sepakat.

Praktis, seminggu ini aku beraktivitas tanpa HP. Untungnya aku bukan orang penting yang dicari orang setiap waktu. Bakal payah hidup zaman sekarang tanpa HP.

1) Tidak bisa berkabar via WA

Di lingkungan kerjaku, media komunikasi yang disepakati adalah WhatsApp. Selain praktis dan gratis (tidak jadi berbayar seperti isu kapan lalu), WA juga makin canggih. Pembaharuan yang rutin dilakukan membuat kita makin nyaman. Salah satunya, pesan kita bisa diedit meski sudah dikirimkan. (Anda sudah tahu, kan?)

Tanpa HP, aku kesulitan melihat kabar berita maupun pesan di WA. Syukurnya masih bisa mengakses WA web. Komunikasi dengan rekan kerja, orang tua murid maupun dengan teman tetap jalan, meski terbatas.

2) Tidak bisa membuat story di medsos

Selain praktis, WA menjadi salah satu aplikasi paling populer untuk membuat story. Entah apa yang dipikirkan, atau dirasakan. Membagikan foto jalan-jalan atau makanan. Atau membagikan link Kompasiana agar lebih banyak jangkauan pembacanya.

Tanpa HP, aku tak bisa melakukan daftar itu. Sayang, WA web tidak bisa untuk membuat story, mungkin belum. Sudah bagus sekarang kita bisa mengakses WA web meski HP mati. Asalkan tidak log out.

3) Tidak bisa mengakses m-banking

Hampir 80% transaksi harian aku lakukan cashless via mbanking. Belanja bulanan, bayar tagihan, belanja online, maupun beli tiket bis, kereta atau pesawat. Praktis dalam satu genggaman.

Tanpa HP, aku harus mengambil uang tunai di mesin ATM, atau membayar dengan kartu. Hal ini tentu ribet, tapi ya tidak ada pilihan lain. Asalkan ada saldonya, lainnya aman.

4) Tidak bisa memakai kamus elektronik

Satu fitur yang jarang orang ketahui adalah Google Keyboard. Kita bisa memasukkan kalimat tanpa memencet keyboard. Yakni dengan voice typing (ikon mik warna biru). Lebih praktis, voice message. Pesan suara yang memudahkan pengirim maupun penerima pesan.

Ada satu lagi manfaat Google Keyboard, yakni kamus yang sama fungsinya dengan Google Translate. Meski tidak selalu akurat, fitur ini bermanfaat. Khususnya aku sebagai guru les anak berbahasa Inggris.

Jika ada frasa yang aku tak mengerti, Google Keyboard pada WhatsApp jawabannya. Meski kemampuan berbahasa Inggris dangkal, aku berani memberi les pada anak berbahasa Inggris. Sebab ada bantuan teknologi itu.

Tanpa kamus di HP, aku hajar saja semua frasa berbahasa Inggris. Jika tidak paham, aku tak gengsi bertanya pada murid. Biasanya mereka lebih familiar.

***

Demikian kisah dalam kesulitanku, hidup tanpa HP. Susah iya, tapi bukan mustahil. HP dengan beragam fitur hanyalah media. Aslinya, kompetensi diri yang harus terus diasah, ada atau tidak ada HP. Hidup tidak berhenti meski tanpa HP. --KRAISWAN 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun