Ada seorang ibu staf, sedang menanyakan pada rekannya via grup WA. Kemungkinannya koperku belum keluar, tersesat di pesawat lain, atau... tertukar. (Sebab koper yang tertinggal itu warnanya mirip milikku, sama-sama di wrap.)
Responsnya lambat. Dan, meski maskapai Lion terkenal murah, sering ada keluhan bagasi. Barenganku saja ada beberapa yang kopernya tidak ketemu, sampai ada yang rusak. Rupanya, koperku tertukar dengan koper biru tadi. Teman ibu staf tadi sudah menelepon. Aku harus minta kontak pemilik koper untuk memastikan.
Dan benar, memang tertukar. Pembawa koperku sedang balik ke bandara, tapi makan waktu. Kok ya bisa bawa-bawa koper orang, bentuknya saja beda. Aku juga teledor, antri di tempat yang salah. Ini jadi pelajaran. Mending tanya sampai sejelas mungkin daripada merugi.
Singkat cerita, pengambil koperku tiba di bandara, minta ketemuan di lantai2. Syukurnya, ibu petugas barang armada Lion Air mau menemaniku, lupa bertanya namanya. 30 menit sebelum keberangkatan bisku. Kami segera bertukar koper dan aku pesan Gojek motor untuk meluncur ke bandara.
Aku telpon ke pihak bis, supaya menunggu 15 menit lagi. Kalau bis bisa molor, tidak seperti pesawat. Kata staf bisnya, 5 menit tidak datang mau ditinggal. Gawat. Tapi staf itu hanya menggertak. Nyatanya aku masih ditunggu meski punggungku harus mandi keringat karena terburu-buru.
Tiba di Satiga jam 2.47 subuh, lalu pesan Gojek motor untuk ke rumah. Baru menurunkan koper, ternyata salah satu roda koperku meleleh dan tergores parah. Di beberapa bagian plastic wrap-nya koyak. Kalau tidak diwrap, beneran jebol sepertinya.
Ini catatan buruk buat kru bagasi Lion Air. Tidak semua buruk, salah satunya ibu yang menemaniku bertukar koper tadi. Harusnya ada prosedur yang lebih ketat tentang penanganan barang penumpang.
Aku segera cuci muka, ganti pakaian, memasak nasi untuk sarapan besok dan tidur barang 1-2 jam. Pekerjaan siap menangkapku di hari Senin. --KRAISWANÂ