Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kukejar Nikahan Adik, Pekerjaan Menangkapku

11 Juli 2023   10:03 Diperbarui: 11 Juli 2023   10:05 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersiap perjalanan pulang ke Jawa | dokumentasi pribadi

Meski dua minggu di kampung, liburan kami tidak maksimal. Karena banyak pekerjaan harus diselesaikan di rumah. Namun kami bersyukur bisa mengajak anak bayi bertemu opung dan keluarga di Medan.

Tantangan berikutnya muncul, yakni saat perjalanan pulang. Aku pulang duluan, sedang anak istri tinggal di kampung untuk seminggu ke depan. Semua harus dilalui karena pekerjaan (harus) kutangkap. Sedang si bayi masih dirindukan opung-nya.

Pertama, dari kampung ke Siantar rencana akan diantar adik ipar cowok dengan meminjam mobil tulang. Aku sudah ingatkan istri supaya bilang jauh hari ke tulang. "Gampanglah itu", katanya.

Ujungnya malam sebelum berangkat, tulang tidak menuntaskan chat. Padahal harus berangkat jam 5 pagi. Syukurnya pagi dini hari tulang segera membalas dan mengizinkan mobilnya dipinjam.

Kedua, bobot koper hampir 20kg. Aku disarankan melapisi dengan plastic wrap, kalau tidak bisa jebol. Salah satu kontributor bobotnya adalah beras khas Sumatra yang dibawakan mama. Ongkos wrap Rp.50.000.

Ketiga, koperku hilang di bandara. Aku naik Lion Air dari Kualanamu ke Soeta. Penerbangan di depanku bernomor JT 211, sedang penerbanganku JT 205. Saat pengambilan bagasi, aku mengantri di stan nomor 8 sesuai gate keberangkatan. Di layar tertera JT 211-Kualanamu. Oh, itu pesawat di depanku. Mungkin setelah ini barangku tiba.

Dari ramai orang mengantri, sampai sepi koperku tak nampak? Lalu di mana koperku? Panik gak nih...

Aku bertanya pada petugas dengan menyebutkan kode penerbangan. Katanya di stan 9, padahal mesinnya mati. Aku lanjut ke stan 10, tertera JT 205-Kualanamu.

Astaga... Aku salah antrian. Payah. Sudah sepi. Ada satu dua barang masih berputar di atas eskalator barang. Ah, itu sepertinya koperku, saat ada benda berwarna kebiruan keluar dari pintu. Ternyata bukan, warnanya saja yang mirip.

Aku diminta melapor ke kantor petugas. Sedang ada keluhan penumpang lain yang kopernya berbahan padat, pecah. Satu jam lebih. Aku panik, sudah hampir sejam, sedang aku sudah beli tiket bis jam 5 ke Salatiga.

Nominal barangnya mungkin tidak seberapa, tapi maknanya penting. Aku lebih baik ketinggalan bis daripada kehilangan koper. Tapi di mana koperku? Tahu sendiri kan, prosedur mengurus kehilangan barang di bandara berbelit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun