Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #29

2 Juli 2023   14:35 Diperbarui: 2 Juli 2023   15:05 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mampir ke Jakarta untuk bertemu kekasih | dokumentasi pribadi

Tiga bulan tanpa bertemu bukanlah waktu yang singkat untuk dijalani dalam LDR. Satu hari serasa seribu hari, kata pujangga.

Hari-hari yang Kris lewati di Lombok merupakan kombinasi passion dalam mendidik anak-anak dalam bingkai perbedaan budaya dan kerinduan mendalam dengan sang pujaan. Meski berat, 90 hari itu terlewati juga.

Ibarat prajurit pulang berperang yang merindukan rumah, demikian perasaan Kris saat itu. (Padahal ya cuma relawan, pun hanya satu jam perjalanan naik pesawat.) Kris tidak sampai berkorban nyawa memang, melainkan perasaan, waktu, dan kesempatan mendapat pekerjaan.

Bukan pada ibu dan ayah, bukan pula pada adik. Kerinduan Kris yang terpendam ini tak lain adalah kepada kekasih hati. Seperti orang yang sedang jatuh cinta dimabuk kasmaran.

Untuk menebus kesalahan karena meninggalkan Yanti ke Lombok, Kris ingin mampir ke Jakarta. Masalahnya, Kris tidak mendapat gaji sebagai relawan. Tidak punya cukup tabungan untuk membeli tiket pesawat. Lalu, bagaimana Kris bisa ke Jakarta?

Sebulan sebelum berakhirnya masa tugas, yakni bulan November 2018, Kris request pada pimpinan program, apakah boleh dibelikan tiket pesawat tujuan Jakarta. Pikirku, sama-sama mendarat di Jawa, harusnya tidak masalah.

Puji Tuhan, keinginan itu dikabulkan. Bahkan, dari Jakarta ke Salatiga Kris difasilitasi tiket kereta. Tuhan sungguh teramat baik. Bonus untuk anak yang rajin sekolah.

Mulanya, aku ingin memberi kejutan pada Yanti, datang tanpa memberitahunya. Yanti pasti terharu. Tapi, dasarnya Kris tidak berbakat membuat kejutan. Mau tidak mau Kris harus memberi tahu Yanti. Aslinya Kris tidak tahu akses transportasi di Jakarta. Maklum, anak rumahan.


Selain itu, Yanti sering tugas keluar kota. Kan tidak lucu kalau nanti Kris datang, Yanti pas pergi. Kedua, Kris perlu informasi dari Yanti tentang alamat rumah kakak rohani di mana Kris akan menumpang.

Usaha bertemu Yanti ini pun bukan tanpa tantangan. Selepas dari bandara, Kris tidak bisa memesan ojek online. Sebabnya, aplikasinya harus diperbarui sedangkan kapasitas penyimpanan HP penuh. Padahal sudah kadung nyaman memakai jasa ojek online kalau di kota besar.

Tiada akar, rotan pun jadi. Atas saran Yanti, Kris naik DAMRI untuk keluar bandara. Syukurnya ada jurusan yang searah dengan rumah kakak rohani. Dari DAMRI harusnya oper ojek online. Tapi karena jaraknya tidak terlalu jauh, Kris memilih jalan kaki. Mau bagaimana, tidak bisa memakai aplikasi.

Harus naik jembatan penyeberangan sambil menggendong ransel dan menyeret koper. Berjalan tidak sampai tiga kilo meter, tapi rasanya lumayan lah...

Di rumah transit (kakak rohani) ini pun Kris mendapat banyak nasihat dan masukan dari kakak rohani. Bagaimana menjaga pertumbuhan pribadi dan pasangan. Tentang prinsip yang benar tentang mempersiapkan pernikahan. Dan tidak lupa, selalu mencari kehendak dalam setiap pergumulan dan perjalanan hidup. Kebetulan kakak rohani kami ini pasangan Jawa-Batak juga.

Hanya dua hari Kris di Jakarta. Waktu pertemuan ini tentu kurang dibanding tiga bulan tidak bertemu. Namun, masih sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali. Pertemuan itu kami manfaatkan untuk saling berbagi kabar terbaru dan tentu saja mendiskusikan buku sambil bersantap makanan. Yanti memfotokan lembaran materi sebelum Kris tiba, sehingga masih bisa persiapan pribadi.

Betapa senang dan bahagia luar biasa, akhirnya bisa bertemu dengan sang kekasih. Kami saling melepas rindu dan menceritakan banyak hal yang dialami selama tiga bulan tidak berjumpa. Kris dan Yanti terus beriman, bahwa Tuhan akan terus menopang relasi kami.

Liburan bulan Desember, jika Tuhan izinkan masih banyak kesempatan untuk kami bertemu dan saling melepas rindu. Namun, makna dan esensinya tentu berbeda dengan kepulangan Kris langsung dari Lombok. Kalau kepalang rindu harus segera bertemu, tidak bisa ditunda barang sebulan.

Kunjungan Kris ke Jakarta dari Lombok ini menjadi semacam kompensasi karena telah meninggalkan Yanti. Setidaknya ada usaha Kris untuk membayar hutang pertemuan pada Yanti. --KRAISWAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun