Kris pernah mengantar Yanti belanja bahan-bahan produksi jamu ke Pasar Beringharjo. Sekalian menjemputnya untuk menikmati weekend di Salatiga.
Waktu hidup kita tidak hanya terjadi dalam bingkai kronos (waktu yang berjalan sesuai kenyataan), namun juga kairos (waktunya Tuhan). Segala sesuatu Dia buat indah pada waktunya. Itu Kris dan Yanti alami dalam berpacaran.
Tiga bulan setelah jadian, Yanti menikmati liburan di Salatiga dan sekitar Semarang. Salah satunya libur lebaran 2018. Pertemuan kami awali dengan PA bersama, lanjut jalan-jalan. Inilah PA pertama yang kami lakukan di Taman Kota Salatiga.
Di taman ini, selain bebas biaya masuk juga sangat kondusif. Suasananya asri, teduh dan alami di antara pepohonan rindang. Bisa jadi kami adalah pengunjung teraneh. Umumnya, orang datang ke taman untuk refreshing, mengobrol atau sekedar berfoto. Sedangkan kami membawa buku dan alat tulis. Mungkin banyak yang mengira kami mahasiswa/ anak SMA yang sedang belajar kelompok, hehe.
Empat tahun lebih kuliah dan tinggal di Semarang, Yanti belum pernah mengunjungi wisata sejarah Lawang Sewu. Payah. Padahal ia sudah malang melintang lewat daerah Tugu Muda. Kris lebih parah. Lahir, tinggal dan besar di Jawa Tengah tapi belum pernah juga ke sini. Dasar anak rumahan.
Siapa sangka, Tuhan mengizinkan kami mengunjungi gedung eks perusahaan kereta api pertama Hindia Belanda ini saat kami sudah pacaran. Sepele, namun kami tetap mensyukurinya. Biar pernah mengunjungi berdua.
Bagi kami yang berjiwa naturalis, wisata sejarah memang tidak begitu menarik. Namun kami ingin menjawab rasa penasaran, seperti apa isi Lawang Sewu? Arsitekturnya memang unik. Lawang: pintu, sewu: seribu. Lawang sewu artinya bangunan yang memiliki seribu pintu. Gedung ini memiliki sekitar 1.000 jendela yang tinggi dan besar-besar yang dikira pintu.
Pada 1992 bangunan ini ditetapkan sebagai cagar budaya. Warisan ini tentu patut dilestarikan dan dijaga. Salah satu usahanya yakni dengan mengunjungi dan mempelajari sejarahnya.
Destinasi berikutnya adalah wisata air terjun Curug Lawe dan Curug Benowo di Ungaran. Aku, lagi-lagi culun, air terjun kembar ini sudah terkenal se-Jawa. Tapi aku belum pernah ke sini. Berbeda dengan Yanti, ia sudah sering ke sini dengan teman-teman saat kuliah.