Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengenalkan Kasih Tuhan melalui Hewan dan Alam Ciptaan

24 Mei 2023   14:50 Diperbarui: 25 Mei 2023   11:06 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenalkan kasih Tuhan melalui hewan dan alam ciptaan | dokumentasi pribadi

Bagaimana seorang anak mengenal Tuhan, sedangkan Ia tak bisa dilihat, disentuh dan dirasakan dengan panca-indra? Di sinilah, yang paling pertama, tugas orang tua untuk mengenalkan Tuhan kepada anak. Berikutnya pada guru, saudara atau orang dewasa lain yang lebih dulu mengenal Tuhan.

Namun, apa jadinya kalau orang tua tidak menjalankan peran itu? Sebaliknya, mereka justru menjadi batu sandungan bagi anak. Seperti beberapa pengalaman berikut.

  • Seorang anak lelaki diajak ayahnya ke sebuah hutan karet. Biasanya ayahnya merumput untuk sapinya yang satu dua ekor. Siang itu, ayahnya tidak membawa sabit dan tali, tapi ember kecil dan karung. Untuk apa? Si ayah mengorek tanah di bawah pohon karet dan mengambil butiran berwarna pink. Dikumpulkannya di dalam ember, lalu dimasukkan ke dalam karung. Si anak bertugas menjaga, kalau-kalau ada orang lewat.
  • Murid pria SMP pulang sekolah dijemput ayahnya. Ia diajak mampir ke rumah teman ayahnya. Selagi tuan rumah di belakang, si ayah memerintahkan anaknya menutupi emblem namanya, bertuliskan "Kris". Si tuan rumah beragama Islam.
  • Seorang anak perempuan bangun kesiangan. Ia harus memberi makan pada ternak sebelum ke sekolah. Ia ketinggalan angkot. Ia pun harus jalan kaki. Ayahnya berangkat naik motor, jalurnya sama dengan si anak. Namun, si ayah melewatinya. Ia pun menangis. Ayah dan ibunya baru berantem.
  • Seorang gadis mendapati kedua orang tuanya bertengkar. Musiman. Di usia mahasiswa, ia merasa berani untuk memberi nasihat pada orang tuanya. Ironis, ia justru dihardik ayahnya dan disebut bukan anaknya.

Dari contoh kisah di atas, apakah anak bisa mengenal Tuhan melalui ayahnya? Ayah di dunia ini saja tidak bisa mengasihi dan memberi teladan. Bagaimana mau merasakan kasih Tuhan yang tak terlihat?

Sejak kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa, seluruh dunia diwarnai dengan bermacam dosa. Itulah sebabnya Yesus Kristus datang ke dunia untuk memberitakan jalan keselamatan melalui karya salib.

KaryaNya di dunia telah memberi teladan sekaligus tugas kepada setiap kita yang percaya. Tugas itu salah satunya menegakkan kasih dan keadilan di tengah dunia yang berdosa.

Keluarga, lembaga pertama yang Tuhan ciptakan, harusnya menjadi agen pembawa kabar baik ini. Orang tua (artinya suami-istri) sebagai pilar dalam keluarga harus mengambil peran untuk mengenalkan Tuhan kepada anak.

Jika anak mengenal dan hidup takut akan Tuhan, ia takkan menyimpang dari jalan yang benar. Betapa pentingnya peran orang tua untuk mengenalkan Tuhan pada anak. Itulah sebabnya, jika pasangan suami-istri bercerai anaknya jadi korban. Anak bakal kehilangan kesempatan mengenal Tuhan. Kalau Tuhan penuh kasih, kenapa orang tuaku bercerai?, begitu pikir anak-anak.

Aku dan istri mendapat anugerah menjadi orang tua. Kami berasal dari orang tua yang tidak ideal. Kami tidak bisa mengenal Tuhan dari orang tua kami. Perlu kami ucapkan berlimpah terima kasih kepada guru Sekolah Minggu, kakak rohani dan para mentor yang menjadi orang tua rohani kami.

Sejak istriku hamil, bahkan sejak pacaran, kami berkomitmen akan mengabarkan kasih Tuhan kepada anak. Kami doakan ia sejak dalam kandungan. Kami juga saling menopang dan mengambil peran dalam keluarga.

Aku pencari nafkah utama, istri mengurus anak dan rumah tangga. Namun, aku tidak segan untuk mengantar belanja, memandikan anak, mengganti popok, bahkan menceboki anak. Istriku mengurus anak, masih harus mengerjakan usaha sampingan. Ia juga mau mengerjakan tugas berat yang harusnya dilakukan kaum lelaki.

Seiring bertambahnya usia anak kami, ia bisa memahami dan meniru kebiasaan kami di rumah. Apa yang kami lakukan dan ucapkan. Aku sering mencium pipi istri di depan anak. Kami ingin ia melihat orang tuanya saling mengasihi.

Peran ayah dan ibu tak tergantikan, harus saling melengkapi. Namun, dari sisi keteladanan, aku ingin menceritakan pentingnya peran ayah bagi anak. Tuhan yang kami kenal adalah Bapa Yang Maha Pengasih. Apa yang ditampilkan ayah di dunia menjadi representasi Bapa di sorga.

Tak hanya di dalam rumah, kami juga mengajarkan kasih Tuhan kepada anak di luar rumah. Kami suka mengajaknya jalan-jalan ke tempat bernuansa alam seperti sawah dan sungai. Kalau makan di restoran, juga diusahakan yang ada pemandangan alam.

Syukurnya di tempat tinggal kami dekat dengan beberapa tempat bernuansa alam yang murah, menarik lagi. Tak hanya pemandangan alam, kami mengajarkan kasih Tuhan melalui hewan ciptaan. Betapa dekatnya hubungan manusia dan hewan sebagai sesama ciptaan Tuhan. Jadi harus saling menjaga.

Lalu Tuhan Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. DibawaNyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya... demikianlah nanti nama makhluk itu.

Kami pernah mengunjungi pacuan kuda di Tegalwaton, Salatiga. Inilah kali pertama anak kami melihat kuda. (Aku baru melihat kuda setelah dewasa.) Anak kami nampak sangat senang dan antusias melihat kuda. Kelak, kami ingin mengajaknya naik delman, bahkan naik kuda langsung.

Anak pertama kali melihat kuda | dokumentasi pribadi
Anak pertama kali melihat kuda | dokumentasi pribadi

Pamanku di kampung memelihara sapi. Kami ajak anak kami melihat sapi. Tetangga di perumahan kami ada yang memelihara burung, mentok, kucing dan anjing. Kalau jalan-jalan sekitar kompleks, si anak senang kalau melihat hewan-hewan itu.

Mengajak anak melihat alam dan hewan-hewan | dokumentasi pribadi
Mengajak anak melihat alam dan hewan-hewan | dokumentasi pribadi

Lalu di daerah Pabelan ada persawahan dengan latar Gunung Merbabu. Kami biasa jalan-jalan ke sini di akhir pekan. Bahkan saat anak kami masih merah, kami sudah mengajaknya jalan-jalan sambil berjemur pagi.

Sering kami melihat hewan ternak seperti bebek, domba dan ikan mas. Selain pemandangan hijau yang memukau, kami bisa mengenalkan kasih Tuhan melalui hewan-hewan.

Meski ia belum sepenuhnya mengerti, kami mengenalkan nama dan suaranya kepada anak. Kami menjelaskan bahwa semua itu adalah ciptaan Tuhan yang indah. Semoga kami konsisten mengenalkan kasih Tuhan kepada anak melalui hal-hal di sekitar kami. Supaya ia bisa meneruskan kasih Tuhan itu kepada sesama. --KRAISWAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun