Dunia takkan lupa, bagaimana manusia dibuat panik berbelanja (panic buying) gegara Covid-19. Orang ramai memborong masker, hand sanitizer sampai susu beruang yang konon ditakuti virus Corona. Padahal, rasa takut itu sendiri yang berpotensi membunuh dibanding Corona.
Viral di media sosial, Malaysia terjadi fenomena panic buying. Bukan panik membeli masker atau susu beruang, tapi air mineral kemasan. Kok bisa?
"Bencana" ini rupanya disebabkan oleh kombinasi kekeringan bendungan dan kesalahan sistem distribusi air yang memicu panic buying air minum kemasan di sejumlah wilayah di Malaysia pekan ini.
Dilansir dari The Star, sekitar 1 juta orang di Penang dan Kedah terkena dampak. Minggu (21/5), curah hujan di Malaysia turun dan bendungan pun mengering. Kondisi ini membuat warga khawatir kekurangan air bersih yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan.
Beberapa video viral di media sosial yang menunjukkan penduduk menyerbu supermarket dan "membersihkan" botol air minum dari rak-rak toko.
Kejadian tersebut tidak berlangsung lama. Pasokan air telah pulih dalam waktu kurang dari 24 jam setelah kejadian. Meski begitu, banyak penjual makanan memutuskan untuk tidak membuka warung/tokonya. Sebab, mereka tidak dapat menyimpan bahan makanan tanpa air sehari sebelumnya.
Betapa pentingnya air bersih bagi kehidupan. Aku teringat film jadul, lupa judulnya apa. Diceritakan dalam film itu harga air bersih jauh lebih mahal dari pada minyak. Minyak hampir tidak laku. Akibatnya, para raja minyak terancam rugi.
Ternyata, ada sekomplotan orang yang dengan sengaja mencemarkan sumber air di masyarakat dengan bahan beracun. Kelompok ini punya sumber air bawah tanah yang melimpah. Poinnya? Air lebih prioritas dibanding minyak. Kalau hanya ada satu pihak yang punya sumber air bersih, dia bisa menjual dengan harga setinggi-tingginya melebihi harga minyak.
Fenomena panic buying air minum kemasan di Malaysia ini dipicu menurunnya volume air di beberapa bendungan di Penang yang tak teraliri air dari Sungai Muda secara optimal.Â
Bendungan Ayer Itam hanya terisi 39,8 %, Bendungan Teluk Bahang 46,2 %, bahkan Bendungan Mengkuang yang lebih besar, yang biasanya terisi lebih dari 90 % turun menjadi 88,2 %.