Dalam keterbukaan itu akan nampak kekurangan diri masing-masing. Lagi pula, manusia mana di bumi ini yang tidak punya kekurangan. Dosa atau kepahitan di masa lalu, karakter yang belum dipulihkan, citra diri yang rusak, relasi dengan anggota tertentu atau orang lain yang belum berdamai. Dan mungkin masih banyak lagi.
Di sinilah doa memegang peranan kunci. Kami mendoakan daftar pokok doa setiap minggu dan dievaluasi setiap bulan. Tidak semua doa dijawab "Ya", namun dengan terus berdoa, kami mendapat kekuatan dari Tuhan dan dimampukan untuk membuat rencana di hari depan.
Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.
Selain doa bersama, kami menyepakati PA (Pendalaman Alkitab) bersama, mendiskusikan sebuah buku bertajuk "Cinta Romantis, Cinta Realistis" karya Robert dan Alice Fryling. Dalam buku ini ada daftar pertanyaan yang memancing kami aktif berdiskusi.
Pertanyan yang ada mengharuskan kami mengungkapkan dengan jujur pendapat dan pandangan kami. Jika dulu saat mahasiswa ada kakak rohani yang menyaksikan, kali ini mandiri antara kami berdua dan Tuhan.
Dalam diskusi, ada hal-hal yang bisa menjadi keberatan masing-masing. Beragam ekspresi pun otomatis muncul: terkejut, ngotot, bersyukur, senang, terharu, dan masih banyak lagi. Menarik, bukan? Dari sinilah kami bisa saling mengenal.
Di akhir diskusi, kami mendoakan hal-hal yang telah dibahas. Supaya jika ada keberatan atau perbedaan dalam diri pasangan tidak menghambat relasi kami ke depan. Tapi, justru meningkatkan kualitas relasi.
Selain buku PA, kami punya beberapa bahan bacaan. Dasarnya, Kris dan Yanti sama-sama doyan baca. Jadi tidak masalah untuk 'melahap' berlembar-lembar halaman. Berkesempatan dilatih dan memimpin KTB selama mahasiswa, barulah kami merasakan buahnya sekarang.
Banyak orang mengeluh sibuk dengan pekerjaan yang nampak tiada habisnya. Kris dan Yanti tidak luput. Namun, kami berjuang sedemikian rupa demi mempersiapkan materi. Akan jadi masalah kalau kami malas membaca, boro-boro mau PA bersama.
Jika ada liburan panjang, kami merencanakan untuk berkunjung satu sama lain. Namun, lebih sering Yanti ke Salatiga. Mendatangi tempat wisata bernuansa alam, mengunjungi teman, olahraga bersama, bertemu Bapak-Ibu Kris dan pastinya: PA.
Harapannya, kami bisa menikmati relasi berkualitas di balik jarak yang memisahkan. Dengan membuat perencanaan akan menolong kami untuk memperhitungkan waktu maupun biaya dalam perjalanan.