Pada suatu hari Sabtu, aku tepar. Diduga karena beberapa kali begadang mengerjakan tugas, dan tidak pernah olahraga. Padahal, di sekolah aku mengajar supaya anak-anak rajin berolahraga. Sampai dibuatkan pantun.
Sejak Jumat malam, aku dan istri mengalami radang tenggorokan. Esoknya, kepala pusing, badan terasa linu-linu, agak meler, lidah terasa pahit dan tidak nafsu makan. Istriku mengalami gejala sama, tapi tidak separah aku. Syukurnya anak bayi kami sehat.
Aku pun membuat story di WA, langsung mendapat tanggapan dari teman. "Kalau dua tahun lalu, sudah disuruh tes antigen," tulisnya dalam pesan WA.
Apakah aku terpapar Covid-19...?
Jumat siang, orang tua salah satu murid lesku memberitahu bahwa dia terinfeksi Covid-19. Hari gini masih bisa kena Covid-19? Ibu tersebut melakukan isolasi, sedangkan anaknya (murid lesku) tinggal di tempat lain, jadi tetap bisa les seperti biasa.
Padahal di hari yang sama (Jumat 5/5/2023) WHO baru saja secara resmi mengakhiri status darurat Covid-19. "Dengan harapan besar, saya nyatakan Covid-19 berakhir sebagai darurat kesehatan global," kata Dirjen WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers WHO, dikutip The New York Times.
WHO mengingatkan, bahwa pencabutan status darurat ini bukan berarti virus corona hilang dari bumi. Virus corona tetap dapat menginfeksi kapan dan siapa saja, seperti halnya HIV yang tetap ada hingga sekarang.
Pencabutan secara resmi status darurat ini adalah momen penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Sebab, dalam 3 tahun ini masyarakat dunia mengalami kesulitan dan penderitaan luar biasa dalam menjalani aktivitas karena Covid-19.
K. Srinath Reddy, pemimpin India's Public Health Foundation berujar, keputusan WHO ini tepat. Sebab, kekebalan masyarakat global terhadap Covid-19 sudah cukup tinggi melalui vaksinasi, infeksi, maupun keduanya. Covid-19 tidak memiliki tingkat bahaya yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Reddy menambahkan, berakhirnya status darurat Covid-19 perlu diapresiasi sebagai momen pencapaian manusia dan ilmu pengetahuan. Hal ini didorong juga berkat usaha kita bersama dalam menerapkan vaksinasi, penggunaan masker dan protokol kesehatan lainnya.
Sebagai catatan, ada 765.222.932 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi secara global, termasuk 6.921.614 kematian yang dilaporkan ke WHO per 3 Mei 2023. Namun, para peneliti independen memperkirakan, jumlah kematian sebenarnya akibat virus corona jauh lebih tinggi.
Kemenkes melalui Juru Bicara Mohammad Syahrir mengatakan, yang dicabut adalah status kedaruratannya. Artinya, Covid-19 tidak menjadi darurat lagi. Sudah menjadi penyakit biasa. Hal ini sesuai harapan Presiden Jokowi kapan lalu, bahwa suatu saat Covid-19 akan menjadi penyakit biasa dan manusia harus hidup berdampingan dengannya.
Meski begitu, Kemenkes meminta masyarakat tidak boleh lengah dan tetap waspada. Apalagi kasus Covid-19 di Indonesia kembali naik. Tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit mulai meningkat, meski tidak separah saat varian Delta melonjak pada pertengahan 2021.
Syahrir menambahkan, pemerintah juga akan mencabut status darurat Covid-19 di Indonesia. Namun ia meminta semua pihak menunggu waktu pencabutan status tersebut. Sebab, untuk mencabut status tersebut pemerintah perlu mencabut aturan yang selama ini menjadikan Covid-19 sebagai bencana nasional.
Minggu lalu, dengan mempertimbangkan keputusan WHO ini di gerejaku juga diberlakukan pelonggaran penggunaan masker di ruang ibadah. Artinya, tidak ada lagi keharusan memakai masker. Meski begitu, beberapa jemaat termasuk lansia tetap memakai masker.
Sedang di sekolah, belum ada arahan boleh melepas masker. Kapan kita boleh bebas masker? Tentunya menunggu arahan resmi dari pemerintah pusat, lalu diteruskan ke dinas terkait.
Aku sendiri (dan mungkin sebagian kita) masih nyaman memakai masker di tempat kerja, kecuali jika di luar ruangan. Lagi pula, kebiasan selama hampir tiga tahun ini tidak mudah langsung diubah. Selain itu juga berjaga-jaga untuk kesehatan diri dan orang lain.
Seperti disebutkan WHO, bahwa virus corona tidak hilang dari bumi. Kita masih dapat terpapar kapan dan di mana pun. Jangan-jangan jika waktu tepar itu aku tes, aku terkonfirmasi positif Covid-19 juga.
Kita harus hidup berdampingan dengan Covid-19. Menjalani kehidupan seperti sebelum terjadi pandemi Covid-19. Semoga kehidupan kita menjadi lebih baik, lebih sehat dan lebih berkualitas di masa depan. Tetap memakai masker jika tidak enak badan, makan makanan sehat dan rajin olahraga ya! --KRAISWANÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H