Pejabat pemerintah adalah pelayan rakyat, katanya. Sudah selayaknya para pejabat melayani dan mengusahakan kepentingan rakyat. Tak ketinggalan pemerintah daerah. Pembangunan dan kebijakan yang dibuat harusnya berpihak pada rakyat.
Namun, apa jadinya kalau pejabat mengabaikan kepentingan rakyatnya? Khianat! Mereka yang demikian telah melukai dan mengkhianati rakyat---tuannya. Mereka ini yang harus mendapat kritik dan teguran.
Seorang pemuda Lampung bernama Bima Yudho menyampaikan kritik kepada pemerintah daerah Lampung melalui video di Tiktok pada akunnya @awbimaxreborn. Kritikannya ini bukan tanpa alasan. Sebab, meski sudah beberapa dekade berlalu, tidak ada pembangunan yang serius dilakukan pemda.
Dalam videonya, Bima mempresentasikan alasan kenapa Lampung sulit maju. Bima memberi salam pembuka secara vulgar, "gue berasal dari provinsi yang satu ini dajjal".
Secara harfiah dajjal diartikan 1) setan yang datang ke dunia menjelang hari kiamat, 2) orang yang buruk kelakuannya, penipu, pembohong. (KBBI) Definisi kedua ini yang rasanya dipakai Bima untuk merepresentasikan pemerintah Lampung.
Alasan pertama Lampung tidak maju-maju adalah infrastruktur yang terbatas. Banyak proyek pemerintah di Lampung yang mangkrak, contohnya di Kota Baru. Dari sejak zaman Bima SD sampai sekarang ia kuliah tidak pernah terdengar lagi pembangunannya.
Jalan raya sebagai 'pembuluh darah' di Lampung hancur seperti terkena gempa dan dibiarkan. Itu artinya pertumbuhan ekonomi dan mobilitasnya lambat, dan bisa menyebabkan kecelakaan.
Padahal dana dari pemerintah pusat ratusan miliar. Poin pertama ini yang menjadi perhatian banyak orang, karena buktinya terpampang jelas. Satu kilometer bagus, satu kilometer rusak ditempel-tempel doang.
Mengutip dari finance.detik.com, berdasarkan peraturan Gubernur Lampung No. 38 Tahun 2022 pasal 8, anggaran belanja daerah anggaran 2023 direncanakan Rp7,38 triliun. Dari total anggaran itu, untuk pemeliharaan jalan, jaringan dan irigasi ada anggaran Rp72,44 miliar. Nominal ini pun, sampai di lapangan bisa berkurang.
Kedua, sistem pendidikan yang lemah. Lampung bukannya kekurangan orang pintar, para menteri pun banyak yang dari Lampung seperti Erick Thohir (ayahnya berdarah Lampung) dan Sri Mulyani. Bima menyebut, proses penyaringan peserta didik di Lampung banyak kecurangan.