Hampir semua orang suka bercanda dengan sesamanya. Bercanda menandakan relasi yang akrab, sekedar mencairkan suasana, demi mengakrabkan diri atau paling parah: iseng.
Bercanda biasanya juga dilakukan seseorang karena kemampuannya melakukan aksi tertentu untuk menghibur diri maupun orang lain. Bahayanya, kalau bercanda dilakukan untuk mencari perhatian dan justru menyebabkan kecelakaan pada orang lain. Biasanya terjadi pada anak-anak hingga anak muda.
Beberapa hari ini, murid-muridku kelas 6 suka bercanda pada teman-temannya. Mulanya hanya dari perkataan, ambil-mengambil barang, lalu ke kontak fisik. Kalau tersinggung nanti baper (terbawa perasaan), jadinya musuhan dan tidak saling sapa. Padahal sebelumnya akrab.
Tak jarang, bercandanya anak-anak melibatkan fisik yang bisa melukai sesama sampai kulitnya lecet, bahkan menyasar ke arah alat kelamin (murid pria). Jika begini, masihkah disebut bercanda?
Beberapa waktu lalu juga marak di media sosial tentang challenge yang mengandung unsur berbahaya dilakukan sekelompok anak muda. Misalnya, menekan dada temannya hingga sesak. Tujuannya apa, ya bercanda.
Ada juga bercanda dengan cara satu orang melompat, lalu dua temannya di sebelah kiri-kanan menendang kakinya dari belakang. Terjatuhlah temannya yang lompat ini ke tanah. Pantatnya mendarat duluan. Padahal, bercanda semacam ini bisa berakibat fatal. Bercanda semacam ini adalah tindakan bodoh.
Seorang artis remaja di Malaysia menjadi korban dari tindakan yang mulanya bercanda. Istilahnya nge-prank. Bercanda tapi menyebabkan kecelakaan dan kelumpuhan bukan bercanda namanya. Puteri Rafasya (12) mengalami kelumpuhan dan terbaring di rumah sakit setelah mengalami kecelakaan di lokasi syuting drama 'Jaga Aku Selamanya' di Selangor.
Kejadiannya pada Rabu (22/2/2023) di lokasi syuting. Saat hendak duduk, tiba-tiba seseorang menarik kursinya. Ia pun terjatuh ke tanah. Niat temannya bercanda, tapi akibatnya sangat fatal yaitu tulang pinggulnya retak setelah punggungnya terbentur logam tripod. Kalau sudah begini, alih-alih lucu atau menghibur malah menyengsarakan orang lain.
Dilansir dari Harian Metro, saat ini putri harus duduk di kursi roda akibat cedera yang dialaminya. Menurut dokter pediatrik yang menanganginya, Puteri mengalami gangguan saraf di dalam tulang belakangnya.
Mengutip dari Singapore Sports Clinic, jatuh dalam posisi duduk bisa menyebabkan cedera serius pada tulang ekor. Sebab, di tulang ekor terdapat saraf dan otot yang melekat yang mengelilingi seluruh tulang belakang, otot dasar panggul, area usus, serta paha dan kaki bagian atas.
Sejumlah risiko yang timbul akibat cedera tulang ekor yakni kepala terasa sakit saat posisi duduk maupun setelahnya, terasa sakit saat beranjak dari duduk ke berdiri, seluruh tubuh terutama panggul dan pinggang terasa nyeri. Lalu tulang ekor sakit dan tidak reda dalam waktu yang lama hingga masalah pencernaan kronis, terutama sembelit.
Ibu Puteri, Fatin Aliza Salmi mengatakan anaknya harus dilarikan ke rumah sakit jam 3 pagi karena kakinya lumpuh dan kencing secara tidak sadar (inkontinensia, kesulitan menahan buang air kecil), sehingga perlu memakai popok.
Sudah jatuh tertimpa tangga. Keluarga pelaku tidak mau membantu kondisi yang dialami Puteri. Mereka terkesan lepas tangan. Jika ini terjadi di Indonesia, pihak keluarga pasti sudah langsung menuntut pihak pelaku.
Menurut laporan pihak medis, Puteri diperkirakan sudah boleh berjalan. Tapi jangankan berjalan, berdiri pun tidak bisa. Keadaan Putri belum menunjukkan kemajuan berarti meski sudah dirawat selama 19 hari. Ia sangat tertekan dan kecewa.
Terkini, melalui unggahan di Instagram, kondisi Puteri sudah membaik. Ia sudah diperbolehkan berdiri dan berjalan dengan bantuan tongkat. Sakitnya mulai berkurang dan tidak lagi menggunakan pampers.
Persatuan Seniman Malaysia telah menghubungi Fatin untuk melakukan mediasi dengan pihak produser film dan keluarga pelaku untuk membicarakan masalah ini. Jika tidak ada jalan keluar dalam biaya pengobatan, dia ingin membuka donasi untuk anaknya.
Dilansir dari Asia One, sosok pelaku yang menarik kursi anaknya hingga membuatnya terjatuh. adalah rekan artis di sinetron yang sama, meski tidak disebutkan namanya. Akibat ulah temannya ini, Puteri merasakan sakit tidak hanya pada fisik, tapi juga mentalnya.
Lagi pula siapa yang tidak sedih melihat puterinya sebelumnya sehat beraktivitas normal, tiba-tiba terbaring lemah karena keisengan temannya. Hingga saat ini pihak pelaku tidak ada itikad baik bahkan sekedar untuk meminta maaf.
Kita turut prihatin untuk kondisi Puteri. Judul sinetronnya 'Jaga Aku Selamanya' bertolak belakang dengan nasib yang dialaminya. Semoga kondisinya lekas pulih, dan pihak pelaku mau menunjukkan itikad baik bagi Puteri.
Kejadian ini bisa terjadi pada anak-anak kita, sebagai pelaku atau korban. Entahkah di sekolah, di lingkungan masyarakat atau di tempat lain di luar pengawasan orang tua.
Dikhawatirkan, orang tua pelaku bermental seperti Rafael Alun. Anaknya melakukan pelanggaran, tapi tidak merasa bersalah. Janganlah kita memenuhi bumi dengan orang-orang demikian. Mari didik anak kita agar bertanggung jawab.
Sebagai orang tua kita perlu mendidik anak kita dengan tegas batasan antara bercanda dengan bahaya. Perhatikan konten medsos yang dikonsumsi anak kita. Ajak anak membayangkan jika kondisi Puteri dialami anak kita, pasti sedih dan menderita bukan? Maka, jangan lakukan bercanda yang berisiko berbahaya kepada teman. --KRAISWANÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H