Mulanya mereka hanya membersihkan sungai dari pinggiran. Namun, hal itu tidak cukup. Dari situ, Pandawara memutuskan terjun langsung ke sungai untuk mengangkut sampah.
Dengan peralatan ala kadarnya, kelima pemuda ini turun ke kubangan sungai yang sudah menghitam penuh sampah. Bau tak sedap, kotor hingga beragam hewan seperti lintah sudah menjadi pemandangan biasa bagi mereka.
Tekad yang kuat membuat mereka terus melakukan perjuangan untuk membersihkan sampah. Kini mereka telah menggunakan perlengkapan yang lebih memadahi dengan sepatu boot, sarung tangan hingga pengait sampah. Ibaratnya, mereka hendak berburu di sungai yang kotor.
"Hasil perburuan" mereka juga beragam, mulai dari sampah plastik, kasur, sofa bahkan bongkahan lemari. Sampah yang mereka kumpulkan ini dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS).
Ada satu pengalaman yang membuat Pandawara Group geleng-geleng kepala. Mereka pernah menjadi korban pungli dari oknum TPS meski sudah berkoordinasi. Mereka bisa mengumpulkan sampah tapi tidak ada kendaraan untuk mengangkut. Mereka diminta membayar Rp500 ribu untuk biaya mengangkut. Syukurnya masih bisa ditawar. Lucu memang, ada pemuda yang peduli lingkungan malah dimintai pungli.
Pandawara punya tujuan besar yaitu ingin mengajak semua pemuda di Indonesia untuk peduli terhadap lingkungan dengan aksi nyata tidak membuang sampah sembarangan dan mau membersihkan sampah yang di depan mata.
Aksi mereka harus menjadi habit (kebiasaan) agar bisa menjaga lingkungan. Mengambil sampah dan membuang ke tempatnya tidak semembosankan dengan (sampah) yang dilihat. Menjaga lingkungan juga bisa keren.
Untuk menyampaikan tujuan ini, mereka membuat konten peduli lingkungan yang diunggah di Tiktok, Instagram hingga Youtube. Pandawara ingin mengajak anak muda agar tergerak menjaga lingkungan.
Kisah Pandawara Group ini menjadi pembelajaran sekaligus teguran bagi banyak pihak.
Yang pertama, bagi pemerintah daerah. Dinas lingkungan hidup, dinas kesehatan maupun dinas terkait; di mana nyalinya? Perannya kalah dari lima pemuda korban banjir. Harusnya pemerintah malu karena tidak mampu mengelola sampah, dan seharusnya mengapresiasi aksi kelima pemuda ini.
Kedua para pemuda. Anda akan paham kenapa Soekarno meminta 10 pemuda dibanding 1.000 orang tua. Ya, karena anak muda punya potensi untuk mengguncang dunia. Aksi Pandawara ini sampai diliput oleh Nas Daily, suatu konten kreator yang membuat konten orang-orang inspiratif dari seluruh dunia.